Wednesday, December 8, 2010

Night Shi(f)t

Jarum jam sudah menginjak pukul 2 malam, dan gw masih terpaku di depan laptop. Bila detail tempatnya diperluas lagi, saat gw menulis ini gw ada di dalam ruang diskusi di kompleks nurse station ruang rawat Anyelir atas di RSU Tangerang. Sudah biasa jika di atas jam 2, maka itu sudah menginjak jam bego bagi dokter, koass, atau perawat yang jaga malam; menangani pasien secara lebih singkat daripada di siang hari sambil berharap pasien nggak datang lagi (gw dan teman gw sudah menerima 5 pasien baru di bangsal).

Beruntunglah coass yang memiliki hoki menolak pasien, sehingga dia bisa santai sepanjang malam dan hanya meninggalkan nomor telepon untuk dihubungi perawat bila perlu. Dan sial lah coass yang tidak memiliki hoki, sehingga dia terus menerima pasien baru atau pasiennya banyak yang bermasalah sehingga tidak bisa keluar dari ruang rawat, seperti gw ini. Walaupun kesialan gw tidak terlalu ekstrim, tapi cukup terbukti dengan tidak bisa santainya gw setiap jaga malam, entah karena pasien yang sedikit-namun-datang-terus-menerus atau pasien yang membutuhkan-kontrol-intensif. Seperti malam ini yang beraroma pilihan pertama. Apalagi, kesibukan malam ini masih ditandai juga dengan adanya tuntutan penyelesaian makalah presentasi kasus dan laporan jaga yang harus selesai keesokan harinya, begadang adalah jawaban akhir. 

Jaga dan deadline tugas adalah kombinasi terburuk bagi seorang coass.

Stase RSUT tampaknya telah gw ceritakan berkali-kali di blog ini, bagaimana coass disini berperan sebagai dokter beneran, paling tidak naik level menjadi residen. Apalagi saat jaga malam ini, semua tata laksana pasien anak menjadi otoritas penuh coass, seperti halnya coass IPD di sini. Ada pelajaran yang sederhana namun penting di rumah sakit jejaring FKUI untuk coass, yaitu pengalaman menata laksana pasien secara komprehensif. Hal yang sederhana namun sulit dipraktekkan tanpa latihan. Ya, kami diajar untuk bertanggung jawab terhadap pasien masing-masing dari masuk hingga sembuh. Semua demi tanggung jawab yang lebih besar di masa depan.

Tuesday, November 9, 2010

Welcome to the Real 5th Grade

Inilah nasibnya kalo ngambil stase yang mudah dulu di awal: kurva kesibukan akan naik secara perlahan/drastis sampai kita nggak tahu turunnya kapan lagi. Boleh dibilang stase bedah merupakan stase surga di tingkat V. Nggak ada tuntutan baca banyak bahan, nggak ada laporan jaga, penulisan status yang super simpel, dan sebagainya. Stase 9 minggu di bedah bagaikan hampir libur selama 9 minggu, kecuali memang beberapa stase bedah yang menuntut untuk capek dan banyak ngerjain tugas. Sisanya? Anda bisa hanya datang, dengar, dan pulang.

Beda banget sama stase Ilmu Kesehatan Anak (IKA) yang gw jalani sekarang ini. 2 minggu pertama memang seperti kegiatan preklinik: kuliah atau bedside teaching dari jam 7 pagi sampai jam 3 sore, sehingga efek sedatif hampir muncul setiap hari. Lalu begitu minggu ke-3, kita diberdayakan untuk kerja klinik di rumah sakit. Beberapa rumah sakit yang menjadi mitra FKUI dalam stase IKA ini adalah RSCM, RSP, RSHK, RSF, dan RSUT. Saking banyaknya RS mitra sehingga kelompok kecil dapet 3 RS jejaring selama 5 minggu ke depan.

Efek dari dapet jackpot RS jejaring seperti itu adalah jaga malam makin banyak, ditambah harus juga jaga malam di RSCM juga. Inilah tingkat V teman-teman! Tingkat di mana tanggung jawab semakin membesar, tingkat di mana ekspektasi dosen terhadap kita semakin meninggi, tingkat di mana kita dituntut untuk mengelola waktu dengan baik, tingkat di mana sakit lama tidak menjadi alasan untuk absen.

Dan saat gw menulis blog ini, dalam seminggu ke depan, akan ada 4 kali jaga malam yang menunggu gw.

Jangan Remehkan Nametag Anda

Mungkin sebagian orang suka meremehkan nametag-nya sendiri, termasuk gw. Nametag yang dimaksud di sini tentu saja tanda pengenal yang berisi nama yang suka terpampang di barang pribadi kita sendiri, misalnya tas, jersey olahraga, atau pernak-pernik pribadi lainnya. Alasannya simpel: kelupaan, ataupun menganggap nametag tersebut tidak penting, atau ada saja yang nggak suka menyebarkan identitas pribadi ke orang lain (sok privasi). Memang, ada benarnya juga kalo barang itu nggak kemana, tapi bukankah kita baru menganggap barang itu berharga kalo udah ilang?

Kejadian yang melibatkan gw dan nametag terjadi minggu lalu, saat dala perjalanan ke Jogja via bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Saat itu gw dan rombongan tengah berangkat dalam rangka misi kemanusiaan untuk korban Merapi di Jogja. Namanya juga misi kemanusiaan, pasti barang-barang yang dibawa banyak banget, terutama obat-obatan. Nah di saat pemeriksaan barang masuk terminal lah, tas jaga gw yang berisi alat pemeriksaan fisik lengkap dan kamera hilang terselip di antara barang-barang penumpang yang rame di pagi hari itu. Menyadari gw kehilangan tas jaga itu, kontan gw langsung lapor petugas keamanan bandara yang nggak jauh dari mesin sinar-X itu.

Beruntung hilangnya di bandara Soekarno-Hatta, bandara yang tercanggih di Indonesia (menurut gw). Petugas keamanan langsung merespon dengan menggunakan kamera CCTV yang ternyata nggak cuma jadi hiasan seperti di beberapa tempat umum. Dengan melihat identitas gw di CCTV dan menyebutkan jam kehilangan dan jenis barang, petugas CCTV yang nggak tau di mana mulai mencari tas jaga gw yang raib. Dengan muka kesel, gw mulai menurunkan ekspektasi dan meninggalkan petugas keamanan di pintu terminal karena pesawat gw udah mulai boarding.

Nah, di saat gw akan boarding lah, tiba-tiba gw mendapatkan telepon dari ibu-ibu yang tiba-tiba menyebut nama gw dan menanyakan apakah gw kehilangan tas. Langsung saja gw menanyakan posisi ibu tersebut yang ternyata baru menyadari ngebawa tas gw setelah dia di atas pesawat. Wahhh berabe!! Yang kepikiran di ingatan gw saat itu adalah nyamperin ibu itu ke atas pesawatnya, yang tujuannya ke Solo (nggak jauh dari Jogja), dan balik lagi ke gate gw. Sialnya, waktu itu berbarengan juga dengan dibukanya gate gw untuk masuk ke pesawat. Gw panik, ibu itu juga panik, bilang kalo nanti tasnya nggak bisa dititipin ke kru maskapai bakal dikirimin dari Solo ke Jogja. Akhirnya ada juga kru maskapai yang berbaik hati mau nganterin tas itu, dari gate si ibu ke gate gw.

Telepon gw ke mas kru maskapai yang gw inget adalah nggak diangkat, cuma disambut sama RBT-nya Armada. Gw SMS aja ke orang itu pesawat dan seat tempat gw duduk. Kalo nggak nyampe, bakal gw teror nih orang, batin gw. Cerita akhirnya, mas kru tersebut akhirnya bisa mengantarkan tas tersebut ke gw pas gw udah ada di seat gw. Heboh, karena karena kayak kejadian di film-film gitu yang suka ada kejadian last minute  menjelang keberangkatan.

Hingga saat gw SMS ke ibu itu untuk berterima kasih, si ibu hanya membalas, "Untung bpk mencantumkan no hp, jd memudahkan kt he he."

Sunday, October 24, 2010

I'm an Uncle Now!

Minggu kemarin, lebih tepatnya 19 Oktober 2010, lebih tepatnya lagi pukul 10.57, gw telah resmi mempunyai keponakan baru dari kakak perempuan gw satu-satunya. Keponakan yang lucu, imut, mungil itu bernama panggilan Jehan, dengan nama lengkap Jehan Aqila Rai, anak dari kakak gw, Yasmin Aulia Hayyu, dan suaminya Yogi Tujuliarto. Bayi itu lahir di RSAB Harapan Kita dengan dokter kandungannya adalah bokap dari temen gw sendiri. Panjang lahir 45 cm dengan berat lahir 2945 gram. Alhamdulillah, bayinya dan ibunya lahir dengan selamat, langsung nangis, walaupun sempet kuning, nggak ada cacat bawaan, dengan operasi SC, tentunya dengan indikasi medis karena usia kandungan yang udah masuk ke minggu-41.

Usia 9 jam

Praktis, dengan adanya bayi baru di keluarga gw, sistem panggilannya jadi berubah. Kakak gw dan suaminya lebih memilih untuk nantinya dipanggil Bunda dan Abi. Bokap dan nyokap gw lebih memilih untuk dipanggil Eyang. Sementara gw masih bingung nantinya mau dipanggil apa. Dipanggil Om kesannya kayak om-om gitu, dipanggil Paman juga kesannya kaku banget, dipanggil Uncle kesannya sok internasional, sementara itu dipanggil Paklik (singkatan dari bapak cilik) kesannya kok ndeso gitu. Jadilah gw belum menentukan panggilan yang tepat buat si kecil Jehan ini.

Keasikan disinar

Sejak adanya Jehan di rumah gw juga, mood orang-orang serumah jadi ceria semua. Singkatnya adanya bayi baru berarti ada mainan baru yang harus dijaga. Walaupun sekarang si bayi masih nggak bisa melek karena belum berumur seminggu, tetep aja bikin betah untuk diliatin terus-terusan. Semua perhatian serumah tertuju ke dia, kalo nangis orang serumah ikut sibuk. Kalo lagi nggak tidur orang serumah rebutan ngegendong, pokoknya happy banget ada si Jehan di rumah. Weekend ini yang dipenuhi banyak tamu yang datang ke rumah gw buat menyambangi si Jehan terasa nggak capek gara-gara dia.

Kehebohan sebelum dia lahir juga nggak kalah serunya. Menjelang usia gestasi 38 minggu, semua orang di rumah panik kalo kakak gw tiba-tiba mules. Eh, bukannya kakak gw aware di rumah, malah lebih sering keluar jalan-jalan waktu itu. Sempet gw belajar buku Williams Obstetrics untuk mempelajari persalinan normal doang. Sempet juga gw melakukan pemeriksaan obstetri dan VT ke kakak gw sendiri. Nggak ada pasien, keluarga sendiri pun jadi. Setelah 2 minggu ditunggu-tunggu nggak nongol juga bayinya akhirnya diputuskan untuk SC.

Kebetulan juga saat ini, gw udah selesai stase di modul bedah dan bersiap untuk masuk ke modul anak yang artinya apa? Artinya adalah gw bisa menjadikan Jehan sebagai bahan ajar gw (maafin ya ponakanku). Pas banget gw bisa mempelajari dia sejak jaman neonatus sampe nanti usia sekitar 3 bulan. Itung-itung untungnya buat si Jehan adalah nanti dia punya dokter (muda) anak pribadi. She is truly a lucky girl.


Monday, October 11, 2010

Another Dream: Exploring Indonesia

Setelah minggu kemarin perhelatan Garuda Indonesia Travel Fair diselenggarain, gw jadi ingin sekali mewujudkan cita-cita keliling Indonesia. Seperti kata pepatah: explore your home country first before travel abroad!. Walaupun itungannya lebih mahal dibandingin dengan jalan-jalan ke luar negeri yang tinggal naik pesawat itu, tapi perasaan bangga dan kekayaan alam negeri sendiri rasanya nggak ternilai. Jujur, kalo boleh dibilang, Jawa dan Bali masihlah tempat yang paling nyaman untuk dieksplorasi di Indonesia, karena selain sarana transportasi yang memadai, kekayaan budaya dan kulinernya masih dapat diterima semua orang. Tapi ya bosen juga kalo udah 22 tahun jadi WNI masih Jawa-Bali aja yang diubek-ubek, ditambah Madura, Lombok dan sebagian kecil Sumatera (Lampung). Sisa 17.475 pulau lainnya masih nol, belum pernah gw kunjungi.

Balik lagi ke event tadi, ujung-ujungnya gw cuma lihat-lihat aja tanpa beli tiket. Lha wong jadwal libur gw sendiri susah ditebak, selain itu gw dan teman-teman gw udah beli tiket liburan tahun depan dengan harga super duper murah ke (lagi-lagi) Bali-Lombok. Selain itu juga harga tiket Garuda Indonesia nggak cocok buat traveling murah, mendingan uang sisanya dibuat wisata kuliner di tempat tujuan. However, gw salut ke Garuda Indonesia yang armada barunya cakep bener, bikin maskapai lain serasa bajaj yang ditandingin sama taksi.

Kalo ditanya tujuan apa yang paling ingin dikunjungi di Indonesia, sebenernya ada banyak banget. Kalo mau disebutin bisa aja gw nyebutin sejumlah propinsi yang ada di Indonesia. Tapi setelah dinilai sana-sini akhirnya gw memilih. Inilah 3 destinasi-yang-paling-ingin-dikunjungi dari daftar tempat-tempat di Indonesia yang belum pernah gw jamah:

1. Komodo-Ende-Maumere
Inilah destinasi utama gw kalo seandainya gw mampu untuk keliling Indonesia. Daerah ini serasa surganya backpacker, walaupun sarana transportasi di sini masih kayak di Afrika. Yang makin bikin gw ngiler adalah tempat ini juga pernah kena syuting program backpacking-nya National Geographic. Kenapa daerah ini jadi pilihan utama? Pertama, alamnya masih bagus banget, ada kombinasi antara pantai yang biru sama pegunungan sama Danau Kelimutu. Kedua, apalagi kalo bukan kuliner seafood  yang fresh from the sea, yang bahkan kita tinggal pesen ikan apa aja ke nelayan, trus nelayan itu melaut sebentar dan datang lagi untuk membawakan santapan kita. Ketiga, orangnya kelihatannya ramah-ramah. Kalo udah menginjakkan kaki ke Pulau Flores, rasanya nggak afdol juga untuk menyeberang ke Pulau Komodo.
 
2. Raja Ampat
Inilah dia tujuan wisata yang paling banyak dicari orang di Indonesia akhir-akhir ini. Sayang sekali nggak ada penerbangan langsung ke daerah ini. Menurut Conservation International, Kepulauan Raja Ampat memiliki keragaman bawah laut terkaya di dunia. Bisa dibayangkan kan? Begitu nyemplung ke lautnya langsung disambut sama ratusan makhluk bawah laut. Hanya saja, pergi ke sini berarti cuma wisata alam aja, karena wisata budaya sama wisata kuliner belum digarap secara serius oleh pemerintah daerahnya. Yang pasti dilengkapin sebelum pergi ke sini adalah: diving license!
 
3. Manado-Bunaken
Diver luar negeri lebih mengenal Bunaken daripada Indonesia, sebagaimana orang luar negeri juga lebih mengenal Bali daripada Indonesia. Itu udah cukup menandakan bahwa Bunaken wajib dikunjungi kalo ada kesempatan keliling Indonesia. Sempat diklaim sebagai salah satu spot diving atau snorkeling terbaik di dunia, wilayah itu (Sulawesi Utara) juga memiliki kuliner yang enak banget. Lagi-lagi, diving license menjadi hambatan.

Untuk tempat-tempat lainnya yang nggak kepilih dari Sabang sampai Merauke, jangan bersedih hati. Gw akan usahain untuk menjelajahi seluruh Indonesia suatu hari nanti.

Thursday, September 30, 2010

Awas, Batu!

(Calon) Dokter adalah pasien yang paling bandel. Ya itulah pernyataan yang gw yakini sampe sekarang, karena apa? Karena teori ini gw anut. Saat ini gw stase di Divisi Urologi Departemen Bedah, dan begitu banyaknya pasien yang datang ke poliklinik sebagian besar menderita batu saluran kemih. Sebagai individu, gw mungkin termasuk orang yang punya faktor risiko untuk itu. Tapi apa? Berkali-kali gw menasihati pasien untuk mencegah terulangnya batu saluran kemih, namun gw sendiri nggak melakukannya. Sebut saja contoh, gw minum sehari rata-rata cuma 6-8 gelas, itu pun kebanyakan minuman jadi yang hampir semuanya berpengawet. Gw banyak beraktivitas yang membuat gw banyak berkeringat. Dan yang terakhir gw kencing hanya sebanyak 2-3 kali per hari. Belum lagi ditambah dengan faktor risiko yang lain. Kayaknya hanya tinggal menunggu waktu walaupun mudah-mudahan nggak. Paling tidak, kesadaran ini cukup mahal sehingga gw masih bisa mencegahnya.

Untuk itu gw mau berbagi sedikit info tentang batu saluran kemih ini, karena saking banyaknya pasien di bedah yang hanya bisa disaingi oleh poliklinik Onkologi.

Gejala pertama yang sering muncul pada kasus batu saluran kemih adalah nyeri saat berkemih, bisa disertai dengan kencing berdarah maupun tidak, walaupun keluhan ini tidak spesifik untuk penyakit ini. Adanya riwayat kencing berpasir ataupun keluar batu dari kencing menguatkan dugaan ada batu di saluran kemih. Keluhan yang biasanya membawa pasien ke kasus gawat darurat adalah adanya nyeri kolik, yaitu nyeri yang sangat hebat, bersifat tajam (mampu ditunjuk oleh pasien lokasi nyerinya), biasanya bertahan selama beberapa jam dan kemudian hilang dengan sendirinya, dan biasanya pula disertai adanya gejala lain, seperti mual, muntah, jantung berdebar, dan berkeringat. Batu saluran kemih bisa juga menggambarkan gejala sumbatan pada saluran kemih bagian bawah, seperti kencing yang sedikit-sedikit, kencing menetes, tidak lampias dalam berkemih, dsb. Apabila memiliki gejala-gejala tersebut, segeralah konsultasi ke dokter.

Batu saluran kemih dapat diperiksa dengan berbagai modalitas, salah satu yang paling sering adalah urinalisis dan foto BNO/IVP (intravenous pyelography). Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan USG ataupun pemeriksaan lainnya. Penatalaksanaannya juga dapat dilakukan dengan berbagai modalitas, salah satunya adalah ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy).

Untuk mencegah terjadinya batu saluran kemih perlu diperhatikan hal-hal berikut:
  1. Minum cukup. Jumlah kencing yang dikeluarkan oleh tubuh dapat diprediksi sebanyak 0,5-1 cc/kg berat badan/jam. Misalnya berat badan seseorang 60 kg, maka jumlah kencingnya 60 cc/jam atau 1440 cc/hari. Ditambahkan dengan prediksi insensible water loss melalui keringat sebanyak 500 cc/hari, maka kebutuhan cairan orang tersebut minimal 1940 cc/hari atau kurang lebih sebanyak 2 liter/hari. Oleh karena itu, dianjurkan minum air putih sebanyak 10 gelas setiap harinya.
  2. Hindari aktivitas yang membuat keringat berlebih, karena dapat meningkatkan pengeluaran air sehingga urin menjadi lebih pekat.
  3. Banyaklah kencing, paling tidak 4-6 kali per hari.
  4. Hindari makan/minum yang mengandung asam urat, teh, kopi, minuman soda, dan batasi secukupnya asupan kalsium.
Semoga postingan kali ini berguna.

Monday, September 6, 2010

(Hampir) Jadi Dokter di Tangerang

Seminggu kemarin, 7 hari tepat, gw dan teman-teman serombongan kecil gw, yang baru saja mendapat gelar sarjana, stase bedah di RSU Kab. Tangerang (RSUT) yang berjarak kurang lebih 30 km dari Jakarta. Jarak segitu bikin gw malas untuk pulang pergi Jakarta-Tangerang, selain capek di jalan tentunya juga di sana telah disediakan asrama khusus koass yang stase di sana. Di blog gw yang lalu, gw telah membahas stase di RSP maupun Harkit, sekarang saatnya RSUT.

Ini adalah stase nginep di RSUT kedua yang gw jalani, sebelumnya gw pernah nginep di sana juga saat stase di modul IGD tingkat IV. Kalo sebelumnya gw serasa anak tiri karena stase IGD seperti nggak diakui di asrama koass RSUT, sekarang berasa seperti kampus kecil karena banyak teman seangkatan dari rombongan lain yang juga stase di sini. Lagi-lagi stase di RSUT dilakuin di bulan puasa, yang mempengaruhi tingkat belajar, tingkat kemalasan follow-up, level tidur, dll. Waktu yang paling hepi tentu aja waktu buka dan saur bareng di mana semua orang sharing cerita-cerita kocak di RSUT, dari yang baru boleh nelpon dokter kalo pasien sudah kritis banget, pasien obsgyn yang datangnya ngucur terus kayak kran seakan semua orang Tangerang partus di RS ini, sampe teman yang dapet tugas mengecek ASI seluruh pasien bangsal dengan -maaf- memencet areola-nya satu-persatu. Kalo cerita menarik dari bedah, apalagi kalo bukan operasi.

Inilah enaknya stase bedah di RSUT di mana hanya ada 7 konsulen bedah dan 3 konsulen bedah orthopedi (yang semua konsulennya hampir hanya menerima laporan pasien doang) ditambah hanya 3 orang residen, di mana kesemuanya itu harus melayani seluruh kasus bedah di Tangerang dan sekitarnya. Akibatnya kesemua 6 koass bedah harus membantu 3 residen untuk melakukan hampir seluruh operasi di RS ini. Kasus apendisitis? Dateng terus tiap hari. Kanker payudara? Bejibun di bangsal. Trauma? Nggak berhenti-berhenti datang, seakan di Tangerang tiada hari tanpa kecelakaan motor dan industri. Gw yang tadinya masih bloon soal praktek bedah-membedah jadi lumayan dapat pengalaman bedah-membedah pasien beneran. Dari total 7 hari di Tangerang, gw dapat 12 kali ikut operasi dengan 5 diantaranya jadi asisten operator (co-op), sesuatu yang mustahil didapatkan di rumah sakit pusat di Jakarta. Dari yang tadinya mupeng pingin ikut sampe mabok ikut operasi.

Pernah suatu kali pasien udah diberitahu untuk operasi keesokan harinya dan disuruh puasa, eh ternyata pasiennya minum susu jam 7 pagi dan operasinya batal. Alesannya? Karena pasien kemarinnya dikasih tau untuk puasa 5 jam dari jam 12. Ada lagi pasien dengan kecurigaan peritonitis dan mau dilakukan laparotomi eksplorasi (dibuka perutnya), eh ternyata peritonitisnya nggak ada, kandung empedunya gede, dan operasi diakhiri dengan ditutup perutnya lagi tanpa diobati apa-apa. Ada lagi operasi ORIF (open reduction internal fixation) yang serasa jadi tukang karena tarik-tarikan tulang sama operatornya dan penggunaan alat-alat berat seperti bor, baut, palu, dan lain sebagainya.

Namun cerita yang paling menyentuh adalah saat gw follow-up pasien di bangsal dengan diagnosis osteosarkoma kruris (tumor tulang di tungkai) yang ukurannya sebola futsal, keluar nanah dan darah terus-menerus, bau separah gangren yang menyebar ke seluruh ruangan, dan lalat yang muter-muter di situ terus. Miris ngelihat pasien wanita usia 30-an tersebut dengan 5 anak, ditinggal suami karena penyakitnya, berprofesi di perumahan, dan sudah mempunyai kanker ganas sebesar itu, yang gw yakin sudah bermetastasis ke bagian tubuh yang lain. Gw mendengarkan cerita ibu itu dari masalah klinis hingga ke masalah pribadi keluarganya, masalah ekonomi yang dihabiskan dalam waktu nggak kurang dari 1 jam. Semoga nanti amputasi tungkai ibu tersebut hari Senin besok dapat berjalan lancar.

Singkatnya, stase di RSUT memang makin mendekatkan kita ke pasien. Mungkin bila slogan di RSP -yang gw buat- adalah "Coass First", di RSUT adalah "Coass Only" karena memang sedikitnya tenaga dokter di sana. Bahkan gw harus membuat jawaban konsul bedah mewakili residen gw untuk dokter umum di IGD, semua dengan anamnesis dan PF yang gw lakukan. Benar-benar (hampir) jadi dokter.

Sunday, August 22, 2010

Tahun Ajaran Baru, Semangat Baru

Masa perkuliahan tingkat 5 udah dimulai, dan apa artinya itu? Berarti gw menjadi senior paling senior di kampus gw sekarang. Walaupun istilah senior paling senior itu agak diragukan artinya, karena menjadi ko-ass berarti menjadi kasta paling rendah di rumah sakit, bahkan lebih rendah daripada perawat. Apalagi gw masuk ke bagian-bagian besar di tingkat 5 yang berarti juga tanggung jawab juga menjadi semakin besar. Lupakan soal senioritas di kampus, karena itu udah bukan jamannya lagi. Tapi soal senioritas di kedokteran, itu bagaikan anda harus mengantri di dalam gang yang sempit yang anda nggak mungkin bisa menyalip senior anda. Fiuhh...

Back to the topic, kenapa gw memilih judul di atas? Karena kuliah di kedokteran butuh semangat tambahan untuk lulus. Ingat, untuk lulus, bukan untuk mendapat predikat cum laude, karena itu butuh modal yang lebih. Semakin dewasa seseorang, tanggung jawabnya pun makin besar. Nggak heran kerja dokter semakin tua semakin banyak prakteknya. Hampir nggak ada dokter yang pensiun dini, kecuali dia jadi pengusaha. Beruntung gw memilih stase bedah yang tergolong paling santai sebagai pilihan pertama, karena cocok untuk adaptasi dari liburan sekaligus adaptasi dengan teman-teman sekelompok. Karena bagi gw, semangat itu datang kalo teamwork juga menunjang. Barulah kalo stase ini udah selesai, gw bisa menjejaki ke stase-stase lainnya yang lebih berat.

Singkat dan nggak penting banget ya tulisan gw sekarang? Maklum buru-buru mau buka puasa. Mendingan nggak usah dibaca deh...

Sunday, August 15, 2010

A...drenaline!!!

Ini adalah ringkasan cerita kelompok klinik tingkat 4 gw yaitu kelompok gado-gado Emergency yang berisikan 17 orang luar biasa. Kami selalu menjalani kepaniteraan dengan semangat tinggi dan selalu suka tantangan, makanya kami memilih stase ini sebagai stase pertama.



Ini dia orang-orangnya (berdasarkan absen):


1. Marinda Asiah Nuril Haya
Ini dia wanita paling ditakuti di seluruh FKUI untuk para mahasiswa baru. Diganggu dikit, langsung amarahnya keluar. Walaupun gitu, di kelompok ini dia sedikit jinak.

2. Putri Addina
Sang penggosip sejati, tiada hari tanpa gosip dan celotehan. Punya banyak koneksi di THT yang cukup menguntungkan kelompok. Cewek Padang sejati, walaupun kelakuannya nggak mirip Padang.





3. Citra Ariani
Satu-satunya gamer PSP di kelompok ini, game favoritnya adalah Pata-Pon. Pemikirannya kadang "luar biasa". Terkenal dengan cekikikannya yang khas: fufufu.








4. Fadhil Pratama Apriansyah
Si songong. Tukang ngatain dan ngisengin orang. Sobat iPhone bersama Joy dan Ryan, di manapun kapanpun pasti mainin gadget-nya itu. Maniak bola, bagi dia bola adalah teman, eh sodara.









5. Fatia Permata Sari
Pasangan sejatinya Fadhil. Kesusahan cari dia? Cari Fadhil aja dulu. Balerina yang ceking abis. Koneksinya bejibun di RSP, dari staf, residen, sampe konsulen, yang bikin kelompok kita hepi di sana.








6. Himawan Aulia Rahman
Penulis sendiri. Tukang tidur, tukang telat. Sekian dan terima kasih.








7. Putri Amalia Isdianto
Titisannya makhluk ijo yang suka lompat-lompat. Pemanggil pasien: jangan sekali-kali jaga sama dia, kalo nggak mau dapat pasien +. Sifatnya bikin dia jadi peliharaan satu kelompok.






8. Caroline Supit
Keturunan ketiga dari dinasti Supit yang legendaris bikin dia terkenal di kalangan konsulen. Walaupun seleranya gothic, dia adalah pembawa suasana ceria di kelompok.






9. Kristina Joy Herlambang
Manusia paling nggak hoki di dunia untuk masalah ujian. My partner-in-crime dalam urusan telat dan tidur. Mood-nya agak luas: kadang ketawa cekikikan, kadang berurai air mata.





10. Dini Irawan
Cici lulusan SMA di Singapura pengayom satu kelompok yang suka mendamaikan masalah. Suka menolong, ditandai dengan maunya dia menggantikan jadwal jaga orang lain di tengah malam sekalipun. Dihormati karena jabatannya sebagai ketua kelas inter angkatan.








11. Margaretha Gunawan
Bisa dibilang corong TOA-nya kelompok ini. Keaktifannya nggak ada yang bisa ngalahin. Penolong kelompok di saat semua udah jenuh sama preskas dan ditanya sama konsulen, "Any question?"








12. Filipus Dasawala
Orang paling pintar sekelompok! Kejeniusannya melebihi Einstein! Orang satu-satunya di angkatan yang ikut K2N UI. Kadang pikirannya terlalu penuh dan suka campur aduk.





13. Mona Jamtani
Orang asli Jombang yang ngaku-ngaku dari India. Pembawaannya misterius, sok nyimpan rahasia gede di balik kepalanya. English-nya yang fluent sering bikin konsulen bilang, "Kita diskusi Bahasa Indonesia aja ya!"







14. Atmadhilla Rafitasari
Ini dia andalan kelompok untuk nyelesaiin masalah sama konsulen cowok. Cewek penggoda setiap pria. Walaupun gitu, dia lulusan Tarnus, jadi kalo bikin masalah sama dia ati-ati aja.






15. Ima Sonia
Pembawaannya bagaikan melihat makhluk planet lain di bumi: misterius. Arek Mojokerto asli, nggak heran aksennya masih medok. Jawara jalan cepat. Gitu-gitu dia balerina lho!







16. Mohamad Rachadian Ramadan
Si gadget boy yang juga merupakan gitaris rock papan atas. Suka tuker jaga disesuaiin sama jadwal manggungnya. Dikit-dikit bolak-balik Melbourne ec. ketajiran. Pengagum sejati seorang dokter di IGD RSP.








17. Luhut Suryanugraha
Tukang tidur nomer satu, bagi dia hidup itu malam hari tidur itu siang hari. Orang yang sampai sekarang nggak ketauan ilang ke mana. Paling sering bawain oleh-oleh mochi tiap minggu dari Sukabumi. Penolak pasien tulen, pernah nggak dapat sepasien pun saat jaga malam.

Saturday, August 7, 2010

Friendship Story

Kisah ini terjadi di pertengahan Liga Medika 2009, waktu gw jadi panitia akomodasi. Gw dan teman gw (J dan I) tergabung dalam grup anak Fasilitas, grup yang terdiri atas anak-anak pelayan peserta serta teman para supir dan penjaga hotel.

Waktu kejadian malam hari menjelang pagi, saat capek udah bikin kesadaran di bawah rata-rata. Si J hendak mengambil sepeda motornya di kampus untuk pulang. Si I hendak mengantarkan si J dari hotel di Matraman untuk mengambil motornya dengan menggunakan mobil si I.

Mobil jalan dari hotel ke kampus yang nggak terlalu jauh dan jalanan juga udah sepi kayak Jakarta-Merak tengah malem.

J: "I, anterin gw yak ke kampus, gw tidur dulu. Bangunin gw kalo udah nyampe kampus!"
I: "..."

Begitu udah nyampe kampus (motor J diparkir di halaman berpager di deket forensik RSCM).

J: "Waduh sialan, pagernya dikunci. Yaudah gw pulang besok pagi, gw nginep hotel aja." (sambil posisi tidur lagi dengan posisi kaki di atas dashboard)
I: "..."

Si I hendak memutar mobilnya di pertigaan Kenari yang mestinya verboden, berhubung udah malem dan ngantuk banget. Taunya ada polisi nge-prit mobilnya di depan Carolus.

I: "J, ada polisi nih!"
J: (masih dengan posisi kaki di atas dashboard dan dalam keadaan somnolen) "Udah lo kasih aja duit!"

Akhirnya si I ngomong sama pak polisi.

I: "Aduh pak, saya beneran udah ngantuk banget pak. Udah tilang aja pak. Saya rela kok pak."
Pak polisi: "Wah dek, jangan gitu. Damai aja dek ya!"
I: "Pak, saya beneran nggak punya duit lagi pak. Duit saya beneran tinggal 20 ribu."
Pak polisi: "Yaudah itu aja gapapa."

Pak polisi: "Bang, nasi goreng satu bang!!!" (sambil pesen ke tukang nasi goreng di deketnya)

Dan si J udah dalam keadaan tidur lelap. Mobil pun akhirnya dengan selamat kembali ke hotel.

Thursday, August 5, 2010

Liburan Pangandaran

Pangandaran, salah satu pantai terbaik di pulau Jawa, terletak di dekat perbatasan Jabar-Jateng tepatnya di Kabupaten Ciamis. Akhir Juli yang lalu, gw berkesempatan liburan ke sana. Ekspektasi gw berlebih karena Pangandaran adalah objek wisata andalan Jabar. Lagian, waktu itu liburan anak sekolah udah selesai. Jadi mestinya pantainya nggak kayak cendol.

Sebelumnya gw nginep di Bandung dulu, sekalian nemenin bokap yang ada kerjaan. Bandung ya seperti biasa lah harus wisata kuliner sama FO. Cuma sekarang ini gw nemuin lagi restoran favorit keluarga gw yang dulu ilang: restoran seafood Parit 9, yang dulu sempet pindah. Kepiting saus singapore-nya wuidih harus dicoba. Untuk restoran yang sekelas itu di Jakarta nggak ada yang ngalahin. Gw dijemput sama teman-teman liburan gw (Fadhil, Fatia, Haykal) di restoran itu. Maksud hati mau mesenin dulu biar makanannya cepet datang, gw lupa ada Haykal si anak Aceh yang nggak tahan pedes sedikit pun sama Fatia yang nggak bisa makan kepiting. Sore hari langsung cabut ke Pangandaran, estimasi 5 jam dengan kendaraan Avanza sama modal GPS dari Haykal. Keluar Bandung dikit aja udah macet. FYI, untuk sampe ke Pangandaran harus ngelewatin 2 gunung yang berarti jalan berkelok-kelok sebanyak 2 kali. Tengah malam sekitar jam 12 kita baru ngeliat pantai. Malam minggu ternyata daerah pantainya masih rame.

Keesokan harinya pagi-pagi gw jadi saksi Pangandaran di minggu pagi yang rame banget, bahkan kolam renang hotel juga ikut-ikutan kayak cendol. Kita jemputin satu temen lagi di pos polisi Pangandaran, Mang Juno, yang habis transit satu malam di Tasikmalaya. Terus dilanjutin sama snorkling karang di pantai Pasir Putih. Sayang sekali, gara-gara tsunami tahun 2006, terumbu karangnya jadi nggak terlalu bagus lagi dan ikan-ikannya udah jarang. Sore hari dilanjutin trekking cagar alam Pangandaran untuk ngelihat gua stalaktitnya. Malem harinya dilanjutin makan seafood di daerah pantai timur. Pantai barat sama pantai timur Pangandaran bedanya 180 derajat, bagaikan nggak ada kehidupan di pantai timur.


Pantai barat



Pantai timur



Pantai Pasir Putih


Keesokan harinya jalanan jadi lebih sepi dan tujuan kita selanjutnya adalah ke 30 km arah barat Pangandaran, tepatnya ke daerah Cijulang. Ngabisin waktu sehari di Pangandaran hari sebelumnya dirasa udah cukup dan belum dapet kesan yang wah. Begitu sampai ke objek wisata Green Canyon, kita lebih kecewa lagi begitu tahu perjalanannya dibatasi karena hujan yang terjadi kemarin malamnya. Akhirnya nggak jadi ke Green Canyon dan pergi ke pantai Batukaras yang juga nggak jauh dari situ. Ini dia pantai yang wajib dikunjungi, relatif sepi dan banyak bule! Bahkan lebih gampang nyari bule daripada pribumi di sana. Dan pantai inceran bule pasti ada nilai lebihnya: surfing! Modal 50 ribu rupiah per papan dihabisinlah waktu sampai menjelang sore hari. Sore kembali ke Pangandaran, ngelihat sunset di pantai barat, dan makan malam lagi di pantai timur. Seafood di sini memang gw akuin seger-seger walaupun masakannya biasa aja, itu yang jadi nilai plus Pangandaran. Malam hari di Pangandaran kalo nggak libur berasa seperti kota mati!


Pantai Batukaras


Keesokan harinya bangun pagi-pagi untuk ngelihat sunrise di pantai timur, sekaligus persiapan untuk nebus Green Canyon hari sebelumnya. Semalam hujan masih rintik-rintik, langit mendung, tapi kita masih berharap Green Canyon dibuka full karena sedari awal memang tujuannya ya ini, bukan Pangandaran. Beruntung Green Canyon dibuka penuh, bermodalkan 75 ribu rupiah satu perahu akhirnya perjalanan diteruskan. Sumpah, rugi banget kalo nggak ke sini, apalagi waktu perjalanan nyusurin dinding Green Canyon bermodalkan pelampung, kedua tangan, dan skill renang. Yup, skill renang memang wajib dikuasai untuk jalan ke sini. Tapi kecapekan itu terasa sirna saat berenang mengikuti arus, melewati jeram, dan lompat dari ketinggian 6 meter. Ini memang perjalanan yang harus diulang.


Green Canyon


Satu lagi tempat yang nggak boleh dilewati antara Jakarta-Pangandaran, restoran sunda Cibiuk yang terkenal akan sambelnya. Buat yang nggak suka pedes anda beruntung! Sambel Cibiuk bisa dihidangkan nggak pedes (agak maksa dinamain sambel). Makan di saat laper-lapernya di tengah perjalanan 7 jam di pegunungan Priangan memang nggak ada yang ngalahin.

Tuesday, July 20, 2010

2006 Juara!!!

Gelar itu datang juga setelah ditunggu-tunggu beberapa tahun: Juara Umum Dekan Cup (DC) 2010. Yang bikin gw seneng tentu gelar itu jadi ajang pembuktian bahwa angkatan gw (FKUI 2006) memang pantas jadi yang terbaik di ajang olahraga kampus. Yang bikin gw seneng dobel adalah gelar ini datang di saat menjelang akhir kepengurusan gw sebagai ketua senat tingkat, padahal gw nggak ada proker apa-apa untuk bikin target di DC kali ini.

DC saat ini adalah DC yang pertama kali diikuti oleh angkatan gw sejak angkatan gw di-banned setahun nggak boleh ikut kompetisi DC 2009. Peristiwa di-nggak-boleh-ikutnya angkatan gw tahun lalu ini boleh dibilang sebagian kesalahan gw dan angkatan gw dalam menyelenggarakan DC 2008, sebagian lagi karena masih adanya aroganisme senioritas di kampus gw. Sakit hati? Tentu. Kecewa? Apalagi. Siapa yang nggak sakit hati angkatannya dicampakkan begitu aja dari acara yang memang ditujukan untuk nyatuin semua angkatan. Kata orang sih ini buat jadi bahan pelajaran buat angkatan gw. Tapi kata gw, ini cuma jadi bahan pemuasan bagi sebagian orang untuk ngelihat angkatan gw hancur (selama setahun). Bagi gw, angkatan gw nggak ngambil pelajaran apa-apa dari sini, malah mempersiapkan diri biar tahun depan bisa berkompetisi dengan baik.

Untuk DC 2010 ini, angkatan 2006 bisa menggondol total 7 medali; 5 medali emas, 1 medali perak, dan 1 medali perunggu. 5 medali emas didapet dari cabang futsal, cabang tenis meja (2 medali), sama cabang tenis (2 medali). Medali perak didapet dari cabang basket. Medali perunggu didapet dari cabang sepakbola. Agak ironis sebenernya distribusi medali DC (dan juga kompetisi lain macam Olimpiade) yang nggak adil buat cabang-cabang gede semacam sepakbola. Sementara cabang-cabang kecil yang banyak kelasnya malah medalinya lebih banyak.

Futsal dimainin dengan baik oleh angkatan gw, walaupun nggak pernah latihan rutin, tapi paling nggak punya tim yang relatif konstan dari waktu ke waktu. Tim futsal 2006 adalah tim yang anggotanya bervariasi dan suka ngembat pemain dari manapun kalo main. Tapi strategi yang diterapin waktu semifinal dan final bikin tim ini jadi juara. Selain itu tim ini paling banyak penontonnya kalo lagi main. Tenis meja dan tenis bisa nyumbangin masing-masing 2 medali emas berkat penampilan apik dari wonderwomen angkatan gw. Malah cowok nggak ada yang bisa bikin prestasi di 2 cabang ini, tapi buat kompetisi tahun depan 2006 sudah nyiapin pemain cowok yang kompeten.

Basket? Sayang sekali tim 2006 nggak juara, padahal termasuk salah satu tim yang diunggulkan. Cuma kalah di final sama barisan PPDS yang bejibun dan gonta-ganti melulu dan nggak full team saat main di final bikin tim ini cuma dapat perak. Tim sepakbola juga begitu, dikalahkan oleh tim PPDS + ballboy-nya lewat pertandingan yang dramatis dan penuh tekanan batin + fisik di semifinal. Namun akhirnya bisa juga mengambil medali perunggu. Padahal tim sepakbola ini suka cuma tampil pas-pasan; sekali main cuma 11 orang dan nggak ada substitutes-nya, kalo ada palingan cuma 1-2 orang, nggak lebih.

Yang bikin gw bangga lagi adalah khusus untuk tim sepakbola dan basket adalah tim ini menjadi tim terbaik untuk kategori angkatan di FKUI saat ini. Semoga tahun depan gelar juara umum ini berhasil kami pertahankan!

Thursday, July 15, 2010

Arrivederci Riset!

Setelah sekian lama menunggu (3,5 tahun boi!!) riset gw yang berjudul, "Hubungan Hasil Pemeriksaan Basil Tahan Asam Sebelum Pengobatan dengan Hasil Akhir Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru Kasus Baru yang Menggunakan Strategi DOTS di RSUP Persahabatan Jakarta" akhirnya selesai juga. Sekilas, kalo ngelihat judul riset gw, apalagi kalo orang awam pasti bengong, terkesima, atau langsung nanya, "Apa sih maksudnya?" Padahal aslinya ini mungkin jenis riset yang paling gampang dikerjain.

Aslinya gw lolos dari jeratan riset-risetan ini adalah seminggu yang lalu, Selasa, 6 Juli 2010, di RSP tercinta tentunya. Gw sendiri baru nulis ini di blog sekarang karena mood yang baru datang. Rasanya mau ujian riset? Beuuuhhh, dag-dig-dug abis. Kalimat pembuka yang gw pake juga, "Selamat siang yth. para penguji, kali ini saya akan mempertahankan skripsi saya yang berjudul ......" Serasa udah menempuh program master atau doktoral. Padahal kalo dijalanin, lagi-lagi, nggak segitunya. Pengujinya asik, pembimbingnya baik, revisinya minim, sama aja pressure-nya kayak ujian pasien one-on-one sama konsulen.

Padahal beberapa waktu sebelumnya badan udah panas dingin nunggu giliran maju. Makalah yang dijadiin bahan belajar rasanya udah lecek di tangan, gara-gara dibolak-balik terus padahal nggak tau mau baca apa lagi. Buku-buku TB yang notabene adalah koleksi dari modul respirasi kemarin sampai bosan dibaca. Sialnya, update pengobatan TB yang terbaru dikeluarin sama WHO tahun 2010 ini, jadi mau nggak mau harus belajar lagi. Beberapa waktu sebelumnya lagi, waktu sesi latihan presentasi, slide presentasi dilihat-lihat terus buat dicek ada nggak kesalahannya, kalo ngelihat slide temen bagus rasanya pingin dibagusin lagi juga. Boro-boro belajar, malah main game sepakbola buat ngeprediksiin (kata ini susah bener ditulis!) pertandingan bola malem nanti.

Btw, selamat buat Spanyol jadi juara dunia. Next time, Italia juara. D’ovè la vittoria? Le porga la chioma.

Saturday, July 10, 2010

It's a World Cup Time! (part 3)

Nonton Piala Dunia memang bikin hidup kebalik, siang tidur pulas malemnya melek sampai pagi. Untung waktu liburan! Siang bermales-malesan di kasur, malem online sambil nungguin di depan TV. Apalagi kalo Piala Dunia diselenggarain di tempat-tempat yang mepet sama Greenwich, kayak Afsel sekarang ini. Pengalaman gw paling enak nonton Piala Dunia tahun 2002 di Korea-Jepang, waktu itu nontonnya sama seperti jam kehidupan orang Indonesia pada umumnya, siang pulang sekolah ada pertandingan, malem pun ada pertandingan, habis itu tidur dengan wajar. Final pun ditayangin di prime time. Gimana kalo Piala Dunia 4 tahun lagi ya waktu diselenggarain di Brazil? Pertandingan siang di sana jadi dini hari di sini, yang malem di sana jadi pagi di sini. Pasti banyak pertandingan yang bolong (kayak puasa aja).

Sebelumnya gw udah pernah ceritain kalo gw dukung Italia di Piala Dunia kali ini, yang walhasil gatot aka gagal total gara-gara dibinasain sama Slovakia lewat 10 menit paling seru di Piala Dunia kali ini. Akibatnya gw jadi nggak ngejagoin siapa-siapa setelah Italia kalah. Mau jagoin Slovakia (yang ngalahin Italia) juga nggak mungkin juara, mendingan nggak jagoin siapa-siapa. Akibatnya juga, setiap gw nonton pertandingan sejak Italia tersingkir, antusiasme gw berkurang separo. Tim yang dijagoin nggak ada dan gw cuma nonton karena cuma mau lihat sepakbola indah aja. Jadinya, gw cuma ngedukung tim yang bertanding berdasarkan mood atau keadaan di sekitar gw.

Dalam kurun waktu terakhir ini, tempat nonton bareng yang jadi favorit di Jakarta buat gw adalah kawasan Kemang. Total, udah empat kali gw udah nonton di kawasan itu. Yang pertama waktu pertandingan Jerman vs Inggris. Gw pilih nonton di Kemang Food Fest yang memang ada layar gedenya. Dua temen gw pilih jagoannya Inggris, karena gw nggak punya jagoan gw nemenin satu temen gw lagi pilih Jerman biar seru. Awal pertandingan banyak pengunjung yang ngejagoin Inggris. Begitu di tengah pertandingan waktu Inggris udah kalah banyak tiba-tiba yang teriak Jerman udah banyak. Akhir pertandingan seluruh penonton seolah ngedukung Jerman. Loyalitas itu seakan sirna.

Pertandingan kedua Argentina vs Jerman masih di tempat yang sama, cuma bedanya masuknya sekarang pake bayar 30.000 rupiah biar mas-mas dan mbak-mbak yang jaga restoran di sana nggak rugi kursinya didudukin 2 jam. Pendukungnya banyak yang dukung Jerman gara-gara mungkin pendukung Inggris pindah haluan. Pendukung Argentina juga lumayan banyak. Dan gw mendukung Jerman kali ini gara-gara temen gw dukung Argentina. Argentina dibabat habis. Seluruh pemirsa teriak Jerman di akhir pertandingan.

Pertandingan ketiga, semifinal yang sepi penonton, Uruguay vs Belanda kali ini pindah ke McDonald's Kemang yang ada big screen-nya juga gara-gara Kemang Food Fest yang malakin 30.000 itu. Jalanan relatif sepi kayak malem-malem biasa. Penonton pun nggak heboh, nggak ketahuan siapa dukung siapa. Gw dukung Uruguay, sekali lagi karena temen gw berpindah dukung Belanda, dan Uruguay pun kalah lewat injury time paling seru. Usai pertandingan masing-masing orang pulang dengan damai dan sopan, nggak ada macet.

Pertandingan keempat, pertandingan paling heboh, semifinal Jerman vs Spanyol. Pendukung Jerman tiba-tiba booming gara-gara pendukung pendukung Jerman asli + pendukung Inggris + pendukung Argentina + swing voters. Pendukung Spanyol masih didominasi sama cewek-cewek yang nonton cuma mau ngelihat Iker Casillas dkk main. Penontonnya membludak gila. Gw berangkat dari rumah jam 11.30 malem sampai di Kemang udah disambut dengan macet, padahal pertandingan dimulai jam 1.30 dini hari. Tukang parkir untung dengan ongkos 10.000-nya. McD udah dipenuhin orang sampai sesak di dalem. Kemang Food Fest masih dengan 30.000-nya (najis!) dan rame orang di dalem. KFC yang juga pasang layar tancep dipenuhin orang juga sampai ke jalanan di depannya, dan gw pilih di situ. Gw jagoin Spanyol dengan alasan: udah banyak orang dukung Jerman dan biar keluar juara baru. Spanyol lolos ke final. Pulang disambut dengan kemacetan lagi.

Kayaknya nanti waktu pertandingan final lebih banyak pendukung Spanyol dianalisis dari sisi manapun. Kita lihat aja nanti!

PS: Tempat nonton bareng yang rame, nyaman, murah, dan layarnya gede ada di mana lagi ya?

Friday, June 25, 2010

It's a World Cup Time! (part 2)

Kebetulan di pertengahan gelaran Piala Dunia 2010, gw lagi liburan ke Bali. Ada yang berbeda dari suasananya. Kalo biasanya kita ke Bali cuma nikmatin alam-alamnya yang memang ajaib, sekarang ini orang-orang Bali lagi tergila-gila sama yang namanya Piala Dunia.

Pertama kali gw datang ke Bali di liburan ini, gw nginep di kota Denpasar. Kalo sore, seperti biasa, kota Denpasar isinya macet semua. Beda rasanya kesel karena macet di Jakarta sama di Denpasar. Kalo di Jakarta gw kesel karena macet yang nggak jalan-jalan, tapi di Denpasar gw kesel karena macet yang merambat tapi nggak tau ujungnya di mana. Ajaibnya, begitu jam 8 malem ke atas, jalanan mulai sepi, lebih sepi dari biasanya (ini kata supir yang biasa di sini). Pengaruh Piala Dunia barangkali. Di Jakarta sih kayak gini juga biasa.

Selanjutnya beralih ke kawasan Kuta. Kuta ini kebalikannya Denpasar. Kalo Denpasar macet di siang hingga sore, di Kuta macet dimulai dari sore sampai pagi dini hari. Macetnya Kuta lebih menjijikkan daripada macet Denpasar ataupun Jakarta. Udah nggak gerak, nggak tau ujungnya di mana. Apalagi waktu peak season seperti sekarang ini. Tapi seolah majik, macet di Kuta waktu Piala Dunia sekarang ini berhenti waktu jam 10-12 malem, waktunya pertandingan Piala Dunia. Turis-turis Kuta berhenti sejenak di kafe-kafe untuk nonton Piala Dunia, begitu pula gw.

Ini yang lebih ajaib lagi. Di Bali biasanya kita melihat jajaran pura-pura di sepanjang jalan. Tapi waktu Piala Dunia ini ada tambahan satu lagi: jajaran bendera-bendera raksasa di tepi jalan, yang bahkan di Jakarta pun nggak gw lihat. Bendera itu ukurannya raksasa banget, banyak yang panjangnya mencapai 5 meter. Dan jumlahnya banyak banget, bisa dilihat rata-rata belasan bendera di hampir setiap banjar yang dilewati. Rata-rata negara-negara yang banyak dipasang benderanya yaitu Inggris, Jerman, Italia, Argentina, dan Spanyol. Dan tempatnya bukan cuma di kota aja, bahkan di desa pun nggak berbeda. Dalam perjalanan gw ke Bedugul hari ini, gw ngelihat itu hampir di semua banjar di tiap desa, bercampur sama pura-pura dan persawahan. Dan uniknya lagi, bendera-bendera tim yang udah nggak lolos, semacam Afsel, Prancis, maupun Italia, nggak diturunin sama warga, melainkan malah dikerek setengah tiang (sayang gw nggak sempet foto!). Susah menemukan bendera Australia maupun Jepang (yang turisnya paling banyak di Bali) dipasang di jalan-jalan. Uniknya lagi, gw menemukan satu bendera Israel, yang notabene nggak ikut Piala Dunia, dipasang di jalan.

Mungkin euforia Piala Dunia yang paling heboh nomer dua setelah di Afsel adalah di Bali. Gimana ya kalo Piala Dunia sendiri dimainkan di Indonesia. Pasti orang-orang sudah mulai lupa kerja, kuliah, atau sekolah. Yang jelas orang Bali sendiri sudah heboh sama gelaran Piala Dunia sekarang. Bener-bener seperti lagunya K'naan: When I get older, I will be stronger, they'll call me freedom, just like a Wavin' Flag.

Wednesday, June 23, 2010

Ooh Perut...

Inilah yang paling gw benci kalo lagi bepergian, kalo perut lagi bermasalah. Entah kenapa bulan-bulan terakhir ini kekerapan gw untuk sakit perut jadi semakin sering. Nggak jarang gw harus bolos di jam pertama kuliah demi menuntaskan hasrat si perut ini di rumah dulu. Padahal gw juga nggak punya riwayat genetik sakit perut lho! Dan sialnya juga gw masih belum punya obat yang manjur buat keluhan gw yang satu ini.

Di terminologi kedokteran, sakit perut didefinisikan sebagai suatu gejala (symptom), bukan suatu entitas penyakit (disease). Jadi mestinya namanya bukan sakit perut dong, mestinya gejala perut atau keluhan perut. Penyebabnya bisa bermacam-macam, dari iritasi, iskemik, obstruksi, atau pengaruh toksin. Berhubung gw masih ko-ass gw nggak tau yang mana jenis sakit perut gw.

Penyebabnya terutama kalo gw abis makan pedes. Entah kenapa juga, gw yang dari dulu suka pedes tiba-tiba jadi nggak tahan pedes karena sakit perut ini selalu muncul, yang diikuti sama perut yang kembung. Nah kalo udah gitu, alamat aja beberapa saat kemudian gw langganan WC. Mukosa usus gw menjadi mukosa yang paling lemah di antara mukosa-mukosa gw yang lain.

Saking parahnya keluhan ini, kalo dipikir-pikir, gw lebih memilih sakit pusing atau sakit batuk pilek daripada sakit perut. Sakit pusing kalo minum parasetamol sembuh. Sakit batuk pilek beres dengan bawa sapu tangan atau minum antihistamin. Nah kalo sakit perut? Boro-boro langsung sembuh pake obat diare, ujung-ujungnya harus ke WC juga. Selain itu juga sakit perut bisa bikin keluhan-keluhan lain, mulai dari keringat dingin, pusing, badan lemes, dehidrasi, dan lainnya. Intinya kalo sakit perut, terutama kalo lagi liburan ke luar kota itu jaminan pasti menderita.

Tuesday, June 22, 2010

It's a World Cup Time!

Mari kita sejenak melupakan yang namanya perkuliahan (karena memang gw udah masuk ke modul liburan) dan beralih ke yang namanya Piala Dunia 2010! Piala Dunia memang obat mujarab buat abang becak, tukang parkir, satpam, supir angkot, maupun mahasiswa kedokteran buat melupakan susahnya dunia.

Piala Dunia pertama kali gw tonton di TV adalah waktu Piala Dunia 1998 di Prancis, yang saat itu dijuarain sama tuan rumah. Turnamen yang satu ini nggak bakal gw lupain karena gw sendiri tersihir oleh gocekannya Zinedine Zidane yang terkenal banget saat itu.

Piala Dunia paling berkesan? Mungkin Piala Dunia 2006 di Jerman. Saat itu gw lagi libur-yang-nggak-libur dengan mengisi liburan kelulusan SMA gw dengan nonton Piala Dunia dan belajar SPMB. Apalagi waktu pertandingan semifinal Italia vs Jerman yang gw bela-belain tonton dini hari sebelum SPMB hari pertama. Nggak nyesel juga karena selain gw diterima di pilihan gw, jagoan gw juga menang.

Gw sendiri punya asumsi kalo Piala Dunia enak dinikmati kalo kita menjagokan tim tertentu, sesuatu yang masih terbukti benar hingga saat ini. Dan memang terbuti, kalo temen-temen gw yang aslinya nggak suka sama sepakbola mendadak jadi fanatik bola karena ngedukung tim kesayangannya di Piala Dunia. Gw sendiri ngejagoin Italia dari pertama kali gw nonton Piala Dunia. Alasannya, mungkin karena gw terpapar pertama kali sama sepakbola Italia di TV, jadinya gw juga ngejagoin klub Italia juga saat ini. Beda mungkin kalo gw lahir di jaman sekarang, pasti gw jagoin klub-klub Inggris atau Spanyol. So what's yours?

Sunday, May 30, 2010

Riset Buset

Inilah susahnya mahasiswa kedokteran jaman sekarang, udah susah ngejalanin kuliahnya masih dipersusah lagi sama yang namanya riset. Yak riset! Salah satu hal yang harus gw lakuin sebelum lulus sarjana. Sialnya, gw masuk di angkatan kedua yang dapat kewajiban ini. Memang nggak semua dokter nantinya jadi klinisi, tapi pekerjaan periset masih nggak berkembang di negara kita selama dana yang disediakan sedikit dan ada komitmen, tanggung jawab, dan disiplin yang tinggi dari para ilmuwan. Selain itu juga aplikasi di negara ini masih sedikit.

Back on the track, singkat kata gw sebenernya mau cerita soal kelompok riset gw, bukan soal materi riset gw (karena nggak ada kemajuan yang berarti). Setelah pilih sana pilih sini akhirnya gw sekelompok sama (diurut berdasarkan abjad): Fadhil, Fatia, Maruto, Ciko - kelompok yang menamakan dirinya GemBel (singkatan dari Gemar Belajar). Topik yang diambil pun nggak kalah seru: Berbagai Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kesembuhan Pengobatan TB Menggunakan DOTS. Pembimbingnya juga nggak kalah gokil: profesor paru yang kelak jadi Dirjen di Depkes.

Mungkin yang perlu gw risetkan di sini adalah berbagai faktor yang berhubungan dengan kemunduran riset berjudul blablabla...

Gw mau cerita dari pertama. Dari segi anggota, mungkin sudah banyak yang tahu bahwa kelak kelompok ini jadi kelompok main-main, bukannya kelompok yang benar-benar 'gemar belajar'. Tradisinya, kelompok ini selalu makan bersama tiap ada yang ulang tahun, dimulai dari makan bersama di Bandar Djakarta hingga nggak kehitung jumlahnya sampai saat ini. Bahkan saking hebatnya, anggota komunitas makan-makan ini terus bertambah hingga ada julukan Kelompok Riset ++. Singkat kata kegiatannya makan-makan 90%, riset 10%. Apalagi ditambah salah satu anggota ke luar negeri buat mengulang ilmu fisiologi yang masih belum dia pahami, sehingga progress dari riset ini tersendat-sendat.

Kedua, dari segi materi. Materi riset kelompok gw sebenarnya gampang, aplikatif, dan banyak sumbernya. Bahkan kalo dicari di koleksi jurnal, sudah banyak penelitian mengenai ini tapi di negara-negara bawah seperti Gambia, Bangladesh, dll. Jadi apa yang mempengaruhi perlambatan ini? Faktor tempat penelitian di RS Persahabatan jadi soal.

Soal pembimbing juga salah dari awal. Sejak sang profesor jadi Dirjen, beliau jadi sering menjalankan tugas negara di dalam maupun luar negeri. Jadinya, kelompok riset gw juga terbengkalai.

Akhirnya, dalam sebulan terakhir ini gw dan teman-teman harus mengebut riset supaya dapat gelar sarjana. Tempat favorit selama riset adalah di rumah profesor, perpus Shiozawa, ataupun di tempat paling nyaman: Cafe Au Lait. Soal kafe ini memang paling enak, ada koneksi internet gratis, sofa nyaman, ada musola dan ada colokan listrik! Tentunya selain biar dapat gelar sarjana, juga agar bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Semoga!

Saturday, May 15, 2010

Sedated in Anesthesiology

Halo! Ketemu lagi!! Di hari yang cerah ini, dengan bangga gw akan mengumumkan bahwa masa pembelajaran klinik tingkat 4 telah berakhir. Dan apa artinya itu? Libur! Hehehe. Bukan libur yang sebenarnya sih, tapi paling nggak bisa mengistirahatkan otak yang penat ini selama seminggu.

Sebulan kemarin ini gw masuk ke stase terakhir klinik gw di Departemen Anestesiologi dan Intensive Care. Rasanya berat banget habis forensik yang bagaikan surga masuk ke anestesi yang nuntut kerja cepet biar pasien nggak mati. Tapi begitu masuk, ternyata gw nggak rugi memilih stase ini sebagai penutup tingkat 4. Kenapa? Desain ruangan paling bagus, residen dan konsulen baik-baik, dan meteri yang aplikatif bikin gw seneng sama ilmu ini. Mungkin gw akan mempertimbangkan anestesi sebagai pilihan buat spesialis nantinya.

Untuk urusan ilmu yang aplikatif, anestesi sangatlah enak. Bayangkan dimana lagi kita belajar teori RJP pagi harinya, trus malemnya saat jaga langsung dipraktekin ke pasien serangan jantung beneran (selain di kardio tentunya). Di sini juga gw untuk pertama kalinya melakukan RJP dan defib yang berhasil. Di sini juga koass diajarin intubasi pasien secara beneran (dan ternyata emang susah!) dan juga bius-biusan. Mengenai bius-membius ini sebenernya hanya nice to know buat koass dan gw pun hanya dapat mengucap terima kasih bila ditawari untuk diajarin farmakologi obat anestesi.

Dokter anestesi sendiri juga termasuk dalam dokter yang rawan dituntut sama pasien. Gimana nggak? Pasien masuk OK dengan keadaan sehat walafiat, terus dibius, bisa aja meninggal karena nggak bisa nafas kalo dokter anestesinya dodol. Tapi secara penghasilan mungkin bisa dibilang termasuk yang tinggi. Kalo di Indonesia mungkin masih dibawah Obgyn, tapi kalo di AS berdasarkan Forbes yang paling tinggi adalah anesthesiologist dengan rerata gaji tahunan $184,340 atau sebulannya $15,000 + sisanya dibuat amal. Tapi tingkat stressnya juga tinggi, dilihat dari angka harapan hidup yang rendah. Huh!

Kegiatan di sini juga banyak diisi dengan kegiatan hiruk pikuknya jaga di ruang resus IGD dan bengong di OK, nyatetin ini, nyatetin itu, suntik ini, monitor itu. Voila, jadilah koass anestesi yang kurang kerjaan, pengantuk (karena terhirup gas anestesi), dan nggak ada semangat (karena kecipratan obat sedasi dan pingin liburan). Itulah kegiatan gw selama di anestesi. Jam terbang sedikit, jam tidur banyak.

Sekian aja liputan selama klinik tingkat 4. Bagian-bagian gede di tingkat 5 dan riset telah menunggu! Tapi bodo amat, gw mau liburan dulu. Bye!

Tuesday, April 20, 2010

Suka Duka Forensik (part 2)

Huaahhh... nggak kerasa stase forensik udah masuk minggu ketiga alias udah mau selesai. Gw mau berlama-lama di sini!! Bangun jam 6, masuk jam 8, keluar jam 12, diulang-ulang aja jadwal gini selama 3 minggu, ditandai dengan sempatnya gw ke Atrium, GI, ataupun berobat ke dokter gigi di antara rutinitas kesibukan modul. Gimana forensik ini nggak jadi bagian surga! Ditambah lagi jaga cuma sampai jam 9 malem, beban belajar nggak berat, nggak ada preskas, nggak ada tugas pribadi, nggak ada MAKALAH!, dosen baik-baik, kamar jaga oke, sebutin deh semua yang enak-enak pasti ada di forensik.

Anyway, masuk ke forensik berarti udah siap menghadapi yang belum pernah kita hadapi sebelumnya (lihat juga postingan sebelumnya). Kebetulan waktu gw nulis ini adalah sehabis gw jaga di kamar mayat RSCM juga. Setelah 2 minggu berleha-leha di forensik, akhirnya gw dapet juga kesempatan autopsi lagi (akhirnya!). Kali ini dibandingkan dengan autopsi yang pertama (di postingan sebelumnya), mayat yang sekarang 'rada' seger (kata 'rada' di sini berarti berbeda dikit) dan untungnya lagi bukan mayat tenggelam. Dibuka sana, dibuka sini, ternyata another jackpot, mayat dengan suspek SIDA dengan tanda-tanda infeksi di seluruh tubuh. Yang namanya tanda infeksi kalo di forensik itu perlu diketahui adalah perlekatan di mana-mana, bercak perdarahan di mana-mana, cairan aneh di mana-mana, dan bau yang lagi-lagi di mana-mana. Beruntung gw kali ini memakai 3 lapis handskun dan tangan gw selamat dari percobaan ini.

Menjelang jaga, ujug-ujug ada 1 mayat lagi datang. Dan tebak apakah ini?! Mayat busuk sodara-sodara! Hijau, besar (kayak Hulk), dan bau di seluruh pelosok negeri forensik. Menurut keterangan saksi mata sih korban jatuh dari lantai 2 dan langsung wafat di tempat. Yang aneh adalah kenapa mayat udah busuk? Kenapa nggak ditolong dulu sama saksi? Dibuka-buka yang ketemu adalah nggak ada patah tulang sama sekali, dan setelah dicek-cekin mungkin penyebab lukanya adalah pankreatitis hemoragik akut dengan waktu kematian lebih dari 48 jam. Wow! Inilah kehebatan dunia forensik.

Intermezzo dulu, bicara soal waktu kematian emang belajar di forensik bagaikan jadi detektif yang ada di komik-komik atau di film-film. Bisa nentuin waktu kematian, sebab kematian, tanda khas diracunin, dsb. Jadi bisa juga ngebantu polisi nentuin korbannya dibunuh, bunuh diri, atau kecelakaan.

Setelah autopsi mayat kadaluarsa itu setelah 2 jam, datanglah panggilan dari IGD karena ada korban pengeroyokan. Setelah dateng rame-rame, eh ternyata si korban cuma punya 1 luka lecet di bahu. Ceritanya pun aneh, katanya dia lagi duduk di depan tiba-tiba 5 orang ngedatengin dia sambil mukul-mukulin pake helm di dalam rumah. Cerita paling aneh yang pernah gw dapat selama ini.

Balik lagi ke kamar autopsi malamnya, ada 1 mayat baru lagi, kali ini masih bener-bener fresh from the road, korban kecelakaan. Berhubung luka-lukanya banyak dan patah tulangnya juga banyak ceritanya langsung di-skip aja. Dari sisi canggihnya forensik, penyebab kematiannya mungkin patah tulang di daerah dasar kepala.

Dan akhirnya senang juga! Kasus yang gw dapatkan di jaga kali ini akhirnya diujianin kasus juga sama dokternya. Walaupun pulang lebih malam dari yang seharusnya, tapi yang penting beban udah berlalu satu. Dan tangan gw atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa tidak berbau mayat lagi, sehingga gw bisa leluasa makan di keesokan hari tanpa rasa eneg. Tampaknya 1 minggu ke depan gw akan banyak waktu kosong.

Tuesday, April 13, 2010

RIP My Old Laptop

Setelah 4 tahun lamanya menyertai akhirnya laptop gw yang lama, Fujitsu S6240, resmi dipensiunkan karena alasan teknis. Berikut ini gw ceritakan kronologis dari kejadian tersebut.

Sebenernya laptop itu sebelumnya masih cukup kuat buat dipake sekarang ini, tapi memang kendalanya sedikit lemot. Problemnya dimulai kira-kira beberapa bulan yang lalu (gw lupa), di mana bunyinya jadi agak keras (mungkin karena fan-nya yang udah mulai bermasalah). Akibat dari fan yang bermasalah itu, mungkin laptop itu jadi gampang panas dan akhirnya jadi masalah kronik sebelum masuk ke fase akut. Fase akutnya sendiri dimulai 1,5 bulan yang lalu, tiba-tiba laptop gw mati sendiri tanpa sebab yang jelas. Lama-lama mati sendiri itu intervalnya jadi makin pendek dengan saat pertama nyalain, jadinya sangat mengganggu pekerjaan gw yang menuntut banyak kerjaan di depan aplikasi Microsoft Office. Akibatnya juga gw harus save sering-sering di kerjaan gw.

Lama-lama gw malah nggak bisa ngerjain di laptop gw karena keburu mati kurang dari 10 menit setelah gw nyalain, dan gw akhirnya terpaksa pinjem MacBook Pro bokap untuk ngerjain tugas-tugas gw sambil coba servis di gerai resmi Fujitsu di Setiabudi Building. Setelah cek, kesimpulannya adalah kesalahan terletak pada mainboard laptop gw (semacam chip utama di komputer buat dicolokin perangkat lain seperti prosesor, adapter, dll). Usut punya usut, mainboard baru laptop seri gw harganya kira-kira 10 juta, itupun harus inden dulu. WTF! Gw tetep ninggalin laptop itu di sana sambil berharap ada mainboard second yang murah, sambil juga liat-liat laptop lain yang harganya sekarang jauh lebih murah daripada dulu.

Setelah 2 minggu diservis, ada mainboard second yang harganya 2 juta. It was difficult to choose the best option antara benerin atau ganti laptop baru. Akhirnya setelah melalui pertimbangan yang matang dan survei ke Ratu Plaza selama 2 minggu akhirnya gw resmi ganti laptop baru HP Pavilion dv2 yang ukurannya lebih kecil daripada yang lama, tapi lebih gede dari segi prosesor, RAM, grafis, atau memori daripada yang lama. OS-nya pun sudah Windows 7, dibandingin sama Windows XP di laptop lama. Ternyata perkembangan teknologi sekarang memang lebih cepat.

Laptop gw yang lama akhirnya gw tarik dengan cuma bayar 88 ribu sebagai ongkos pengecekan (istilah kedokterannya: diagnosis). Gw coba minta mas-masnya buat backup data di laptop lama dia juga nggak bisa. Akhirnya gw bisa simpulkan kalo tukang komputer di gerai resmi (dalam kasus gw) itu sama aja kayak dokter yang ketemu pasien dengan sirosis hati, nggak bisa diobatin dan bisanya cuma ganti baru dengan transplantasi. Sempet ditawar 1 juta untuk dilepas, tapi gw nggak mau. Dan akhirnya laptop itu gw bawa pulang kembali.


RIP the old one :(



welcome the new one!

Wednesday, April 7, 2010

Suka Duka Forensik

Gw saat ini sedang stase di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, yang notabene pasti berhubungan sama mayat, undang-undang, dan satu-satunya spesialistik yang nggak ada unsur ngobatin pasien sama sekali. Jadi udah kebayang kalo masuk di sini adalah menyentuh badan yang dingin, kadang lembek kadang kaku, kadang juga warnanya merah kuning hijau biru ungu, dan semua yang membuat panca indera jadi tersiksa. Secara umum modul ini menyenangkan buat semua koass bahkan sampai dijuluki surganya perkoassan karena banyak faktor. Boleh dibilang surga, sampai gw masuk di hari ketiga modul ini.

7 April 2010

7 AM
Seperti biasa gw masih di rumah siap-siap berangkat, karena jadwal dimulai 8 AM dan sebelum itu pintu departemen masih ditutup. Jadi bagi mahasiswa yang rajin dipersilakan masuk duluan lewat kamar autopsi. Gw sih ogah dan memutuskan untuk tidur-tiduran dulu di TBM sebelum katanya ada jadwal pemeriksaan luar mayat. Perlu diingat, pemeriksaan luar sama sekali berbeda dengan autopsi (bedah mayat) dan cuma dilakukan dengan melihat bagian superfisial dari tubuh mayat.

8.30 AM
Serombongan dipanggil oleh teknisi forensik buat ikut jadwal pemeriksaan mayat. Berhubung udah tau ada pemeriksaan mayat hari itu, gw bawa jas lab bukan snelli. Jalan dari ruang kuliah ke ruang autopsi, mendekati pintunya lalu tercium bau seperti pasar ikan. Begitu dilihat ke dalam, eh ada 2 mayat lagi nangkring di meja, bentukannya hitam kehijauan, membesar, yang satu matanya kebuka sambil menganga (kayak wajah histeris), yang satu matanya ketutup. Dua-duanya ditemukan di sungai yang berbeda, jadi kemungkinan sebab kematiannya asfiksia karena tenggelam kira-kira 5 hari yang lalu. Pake apron, masker, sama (ini yang salah) 1 lapis hanskun, lalu mengelilingi mayat. Eh, ternyata yang dilakuin autopsi (sialan, ditipu!). Jadilah bau semerbak kayak bangkai tikus mati menyebar seruangan. Temen-temen gw yang ambang enegnya sedikit langsung mengeluarkan refleks vagal.

10.30 AM
Autopsi selesai dengan proses berikut: kulit, subkutis dan otot dari leher sampai pinggul dibuka, tulang dada diangkat, tenggorokan diangkat dari rongga mulut sampai terangkat juga jantung dan paru-paru, organ perut dan pinggul diambil, tengkorak dibuka, otak diambil (nggak bisa karena otaknya udah jadi bubur abu-abu), dideskripsikan satu-satu per organ, dikembalikan lagi ke rongga itu secara acak, dan dijahit lagi. Ingat, semua itu dilakukan dengan kondisi mayat yang sudah membusuk, jadi bisa dibayangkan sendiri baunya. Gambaran organnya sendiri memang sudah nggak jelas. Dan parahnya, karena kelalaian hanya memakai 1 lapis hanskun saat autopsi, bau mayat itu nggak ilang walaupun sudah dicuci pake sabun 3 kali, alkohol 2 kali, dan jeruk nipis 1 kali. Baju juga ada sedikit bau mayat. Keluar dari ruangan itu, gw berniat untuk jadi vegetarian sehari itu aja.

1 PM
Seperti biasa, kuliah ala forensik yang dibumbui dengan cerita-cerita konsulennya sampai sore.

5 PM
Cari hiburan dulu dengan main futsal di kala hari jaga. Ini dia salah satu enaknya stase forensik, jaganya adalah on call.

6.30 PM
Dapet panggilan ke IGD buat forensik klinik periksa korban penganiayaan berat. Dengan penuh keringat sehabis main futsal, gw jalan cepet ke IGD. Korbannya dapet luka bacokan di dahi sampai bawah telinga dan juga di tangan kanan, hingga putus di pergelangan tangannya. Luka-luka itu dideskripsikan secara detil untuk nanti dibuat visum et repertum untuk polisi.

7 PM
Disuruh balik lagi ke kamar autopsi, ada 2 mayat baru: 1 pindahan dari IGD karena ketabrak kereta, 1 lagi mayat tenggelam lagi-lagi. Walaupun baunya masih kalah sama yang tadi pagi dan masih fresh tetep aja ada baunya. Untungnya kali ini, nggak perlu autopsi karena belum ada keluarga yang datang. Ternyata setelah pemeriksaan luar 2 mayat itu selesai, di sebelahnya, tertutup kain putih sejak pemeriksaan pertama ada lagi-lagi mayat tenggelam, yang baunya naudzubillah lebih parah dari yang tadi pagi setelah penutupnya dibuka. Badannya udah hijau semua dan menggembung. Kalo disuruh autopsi yang ini: hoekkks!!

10 PM
Akhirnya bisa pulang dan sampai rumah dengan selamat, dengan total dapet 1 mayat kecelakaan, 3 mayat tenggelam, 1 korban tangan putus, dan bau mayat di tangan yang masih belum hilang.

Tidak tertarik dengan forensik? Siapa suruh masuk kedokteran!

Pasal 22 KUHP:
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Friday, April 2, 2010

Short Holiday!

Akhirnya setelah ditunggu-tunggu, datang juga liburan di tengah rutinitas gw. Walaupun cuma 3 hari sih, itu juga termasuk weekend, tapi bagi gw itu bagaikan oasis di tengah sahara yang panas (lebay!). Beneran! Baru sekarang gw menikmati weekend tanpa adanya tugas-tugas jaga malam ataupun makalah malam-menjelang pagi yang nista itu.

Kesempatan ini juga gw rayakan untuk memperingati lepasnya gw dari cengkeraman The Fantastic Four - julukan untuk 4 modul selama 12 minggu yang disertai dengan keringat, air mata, dan darah (beneran lho!) di dalamnya: Kardiologi & Kedokteran Vaskular, Pulmonologi & Kedokteran Respirasi, Neurologi, dan Geriatri. Apalagi 2 modul terakhir ini beneran bikin gw stress. Neurologi yang jadwalnya ribet dan jaganya nggak banget, sama geriatri yang tugas-tugasnya bikin muntah. Dalam 13 hari efektif masing-masing mahasiswa dapat 10 tugas. Gw sendiri nggak suka akan banyaknya tugas ngetik.

Setelah berkutat dengan makalah-makalah tersebut akhirnya pada hari terakhir modul bisa juga nonton bareng sama anak-anak kelompok gw dan temen-temen yang lain. Sudah diputuskan untuk nonton film 3 Idiots yang ada di Blitz Pacific Place Jakarta. Perayaan lepas dari The Fantastic Four ini juga merupakan perayaan gw dari keautisan selama ini, yang jarang banget main-main dan nonton selama 4 modul biadab ini. Seminggu kemarin udah gw habiskan dengan melahap langsung 3 film yang agaknya rada out of date buat gw tonton: My Name Is Khan, How to Train Your Dragon, sama 3 Idiots.

Khusus untuk film yang terakhir (3 Idiots) gw acungin 4 jempol (kalo 20 jari gw adalah jempol bakal gw acungin semua!). Peduli amat gw jadi idiot setelah nonton ini. Gila nih film, bener-bener menggambarkan perjuangan kuliah, dan yang gw suka menggambarkan arti persahabatan. Intinya film ini sangat direkomendasikan sekali. Rugi deh lo yang nggak sempet nonton!

Dan setelah ini, akhirnya juga, selama 3 minggu gw masuk ke dalam modul Kedokteran Forensik yang kalo diterjemahkan sama dengan modul hura-hura di fase klinik. Makin senang deh gw weekend ini. Mudah-mudahan aja nggak banyak mayat aneh-aneh yang masuk ke RSCM selama 3 minggu ke depan.

Sunday, March 21, 2010

Let's Dreaming!

Everyone has a dream! Blog kali ini agaknya diilhami dari serial Kick Andy yang baru gw tonton tentang anak orang miskin bisa jadi S3. Ya udah pasti semua orang punya mimpi atau cita-cita. Nggak mungkin sebaliknya, kalo seseorang nggak punya suatu mimpi mungkin status Homo sapiens-nya perlu dipertanyakan.

Omong-omong tentang cita-cita, gw sendiri punya beberapa cita-cita sejak gw kecil. Malahan beberapa di antaranya mungkin rada aneh buat dipikir-pikir jadi cita-cita, lucu juga kalo diinget.

Dimulai dari cita-cita pertama gw. Ini dia cita-cita gw yang paling natural mungkin: jadi pengantin! Hahaha. Padahal gw sendiri nggak pernah nyadar, cuma gw sendiri dikasih tau sama orang tua kalo masa kecil gw waktu ikut pesta pengantin suka minta duduk di kursi pengantin. Kenapa sampe terpikirkan oleh gw waktu itu! I don't know. Mungkin gw waktu itu membayangkan jadi pengantin enak soalnya disalamin orang banyak. Hahaha.

Cita-cita kedua gw, waktu gw agak gedean sedikit (TK-SD) adalah yang paling aneh dan nggak masuk akal: jadi penjaga pom bensin! Hahaha. Kalo yang ini gw udah sadar kalo gw memilih cita-cita itu. Alasannya simpel. Gw waktu itu iri sama penjaga pom bensin soalnya mereka dapat duit terus. So, that's realistic. Anak kecil memang gampang ditipu sama situasi.

Cita-cita ketiga gw (waktu di SD) adalah standar sama kayak anak-anak kecil lainnya: pilot. Kenapa memilih ini gw juga bingung. Sama aja kayak anak-anak kalo punya cita-cita jadi dokter atau jadi tentara, STD alias standar.

Cita-cita keempat gw, waktu gw masuk SMP, adalah cita-cita paling spontan dari gw. Gw inget waktu gw orientasi ditanyain satu-satu tentang cita-cita, gw jawab aja cita-cita gw: profesor. Alasannya keren aja sama yang namanya profesor, bisa seperti Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie yang pernah datang ke SD gw, walaupun gw nggak tau apa sebenernya arti profesor hingga gw masuk kuliah.

Cita-cita kelima: insinyur. Mungkin ini cita-cita pertama gw yg gw pikirkan secara serius. Dan yang satu ini bertahan dari jaman akhir SMP sampe akhir SMA. Dulu waktu SMP memang gw pernah berkunjung ke ITB dan kepincut sama kampus yang adem itu. Waktu masuk SMA pun gw masih pingin masuk ITB, apalagi gw juga 'lumayan' suka itung-itungan. Dulu gw bermimpi untuk bisa bikin pesawat seperti pak Habibie. Dan masa akhir SMA jadi masa penentuan cita-cita gw.

Cita-cita terakhir gw dan masih bertahan hingga saat ini adalah jadi dokter. Sebenernya gw termasuk lemah soal hafalan. Profesi dokter juga nggak kepikiran dari dulu. Alasan gw mau jadi dokter simpel juga: karena kampus kedokteran ratingnya paling tinggi di Indonesia. Dan sampe sekarang pun gw juga masih bingung kalo ditanya, "Kenapa pingin jadi dokter?" Sama seperti saat gw diuji di modul pulmonologi kebetulan sama ketua Konsil Kedokteran Indonesia. Tapi dari pertama gw memilih cita-cita ini sampe sekarang, gw semakin suka dengan profesi kedokteran.

Berarti kalo dirunut dari awal, gw mungkin punya cita-cita seperti ini: dokter, yang menjadi pengantin, yang punya usaha pom bensin, yang bisa nyetir pesawat, yang akhirnya punya usaha pabrik pesawat, yang selanjutnya jadi profesor. Dan gw termasuk salah satu dari orang yang beruntung bisa sejalan dengan cita-cita gw sekarang. So keep being thankful of your life!

Tuesday, March 9, 2010

Nyeri Bahu

Hari ini gw dapat kuliah yang sangat interaktif dan menyenangkan dari dosen gw, dr. Salim Harris, SpS(K) yang ngomong dengan aksen arab yang kental bener. Topiknya sekilas biasa aja: nyeri kepala aka headache.

Memang kesannya pertama biasa, belajar anatomi otak dan pembuluh darahnya yang kecil & amit-amit di kepala. Terus nyambung ke jenis sakit-sakit kepalanya. Topik makin menghangat setelah ngomongin tentang migrain dan akhirnya nyambung juga ke nyeri leher dan bahu. Nah ini dia yang seru!

Tiba-tiba semua mahasiswa cowok disuruh berdiri, terus diliat satu-satu. Setelah diliat bahunya satu-satu, akhirnya dengan yakin, si dosen nyuruh gw berdiri sambil ngomong, "Maaf ya Himawan, kamu dibuat belajar dulu ya!" Whaattt??!!

Gw disuruh maju ke depan kelas, buka kemeja luar, buka kaos dalem (huh!) dan akhirnya disuruh ngadep ke depan kelas, sambil punggung gw diliatin ke teman-teman sekelas.

"Nah, disini bisa dilihat, bahunya terlihat tidak simetris. Yang kiri lebih tinggi sedikit dan lebih gemuk daripada yang kanan. Ini adalah contoh spasme dari otot bahu (trapezius) kiri. Pasti kamu sering sakit bahu kiri ya, Wan?"

Buset ajaib amat nih dokter, cuma ngeliat aja bisa tau kalo gw suka sakit bahu kiri. walaupun nggak gw sadari sih, tapi memang selama ini gw ngerasa bahu kiri agak kurang nyaman dan cepet pegel. "Iya sih, dok!" jawab gw.

"Coba kamu rentangkan tangan kamu ke depan, terus digerakkan ke atas bawah berulang kali!"
"Nah bisa dilihat kan otot di kiri terlihat lebih gemuk daripada di kanan, ini yang disebut spasme. Terus coba lihat skapula (tulang belikat) kiri lebih menonjol. Kondisi ini yang dinamakan spondyloarthrosis cervicalis."

GILAAAA!!! *sembah-sembah ke dokter tersebut

Teman-teman gw juga terheran-heran dengan fenomena di bahu gw, sampai ada yang berpikir mau memvideokannya. Gw sendiri bingung, pingin liat, tapi adanya di punggung gw. Memang derita orang percobaan (OP).

"Kondisi ini bisa dikarenakan trauma, degeneratif, diturunkan dari orang tua yang seperti ini juga, ataupun sering terjadi pada orang yang sering bekerja menunduk di depan komputer (seperti gw ini), dan pijat maupun obat-obatan itu hanya akan meredakan gejalanya aja, tetapi nantinya akan muncul terus-menerus. Karena nyeri yang terjadi itu adalah campuran dari nosiseptif dan neuropati, maka obat-obatan yang bisa diberikan adalah kombinasi NSAID dan anti-epilepsi"

Terus apa obatnya dong dok? Ternyata obatnya hanya satu: berenang. Dan renangnya juga cuma boleh satu gaya: gaya punggung. Duh, susah amat obatnya. Dulu boleh aja sering renang, tapi dengan waktu sekarang ini mana sempet?! Oiya, kalo nggak mau renang bisa juga sih obatnya dengan masang collar neck biar leher nggak terbebani, atau sering mendongakkan kepala. Obat yang susah. Memang sehat itu susah, sehat itu anugrah.

Sebenernya nggak cuma ini aja sih gw didiagnosis penyakit saat belajar di kedokteran. Dulu pernah juga didiagnosis myopia (rabun jauh) -1,25 mata kiri ditambah astigmatisma. Tapi gw nggak pake kacamata karena gw merasa tidak terganggu. Memang, dokter adalah pasien yang paling bandel.

Buat yang mengeluh keluhan yang sama seperti gw, mungkin bisa dicoba resep berenang tersebut. Mudah-mudahan keluhannya bisa hilang total.

Mungkin gw juga akan mencoba berenang kembali.