Friday, February 26, 2010

Welcome Back to Salemba!

Setelah sekian lama gw nggak menjejakkan kaki di Salemba tercinta akhirnya gw balik juga ke kampus ini. Ternyata banyak juga cerita-cerita kampus yang gw tinggalin selama masa pengasingan itu. Yang paling heboh tentu aja hilangnya patung Pak Karbol di depan kampus gw. Patung perunggu segede gitu bisa banget dicuri orang, pastinya kl gw ketemu pencurinya yang pertama gw lakukan adalah gw bakal melakukan salam hormat ke dia selama sebulan penuh. Back to the topic, banyak hal yang gw kangenin dari Salemba. Pertama, gw bisa kembali ketemu sama temen-temen kuliah gw. Kedua, balik ke habitat artinya gw bisa ngelakuin hal-hal yang nggak bisa gw lakuin di RS jejaring lain, seperti main bola di sore hari dll. Ketiga, jaraknya dari rumah gw yang nggak terlalu jauh jadi alasan kenapa gw cinta Salemba.

Ternyata selain perubahan-perubahan positif setelah balik kandang, gw juga ngerasa ada nggak enaknya juga meninggalkan dunia luar. Jalan-jalan di RS Harkit maupun RSP adalah jalan sekalian wisata kuliner dadakan lho!! Pilihan makanannya sangat banyak dan enak pastinya. Gw pasti bakal kangen sama kantin/minimarket yang ada di Harkit atau RSP. Harganya juga murah daripada di RSCM (mentang-mentang daerahnya di Jakarta Pusat jadi lebih mahal!). Yang lebih parah lagi tentunya adalah soal parkir. Sejak jaman dulu daerah Salemba dan sekitarnya terkenal daerah rawan macet, banyak asap, parkiran terbatas, pokoknya neraka buat para penghuninya. Itu juga yg gw rasakan, berpindah dari RSP yang kaya oksigen ke RSCM yang kaya karbon monoksida. Hasilnya adalah gw batuk-batuk seminggu pertama gw di Salemba lagi. Ternyata juga stase di RSCM itu lebih hectic dibandingin sama stase di RS luar. Mungkin karena kebanyakan mahasiswa/dosen/pasien kali ya?!

6 minggu stase di luar jg membuat gw jadi anak rada ansos. Bayangkan, gw nggak nonton bioskop selama 2 bulan lebih. Begitu sampai di rumah, hal pertama yang gw pikirkan adalah tidur! Yak waktu buat tidur, harta yang paling berharga buat seorang ko-ass. Sisanya waktu dihabiskan dengan menghabiskan waktu di jalan, kuliah, jaga...

Anyway, paling nggak balik kandang membuat gw cukup senang. But still, I'm craving for holiday!

Sunday, February 21, 2010

Bebek Goreng

Yeah, it's been my favorite in recent weeks. Nggak tau kenapa akhir-akhir ini jadi sering makan bebek goreng, padahal sebelumnya (baca: 2 tahun silam) gw masih anti makan makanan yang satu ini. Sama kasusnya dengan sate, tongseng, dan nasi goreng kambing; dulu gw anti, sekarang doyan banget. Menurut gw padahal bebek goreng itu sama sekali bukan makanan yang sehat. Lemak dimana-mana, daging yang liat, berbau khas, nggak kayak ayam yang netral-netral aja. Gw juga lupa siapa yang ngenalin makanan yang satu ini ke gw.

Akhir-akhir ini gw jadi sering makan bebek goreng, mungkin gara-gara gw kebanyakan stase di RS luar jadinya gw sering wisata kuliner Jakarta. Tapi bener lho, bebek goreng di Jakarta nggak kalah sama yang ada di Surabaya. Variasinya pun macem-macem. Berikut ini ulasan 5 bebek yang gw makan, diurut dari yang paling biasa sampai yang paling enak. Bukan berarti di list ini adalah bebek yang terenak se-Jakarta, karena gw belum nyobain semua bebek di Jakarta. Dan sekali lagi, ini adalah versi gw.

1. Bebek Ginyo
Bebek Ginyo termasuk salah satu bebek branded yang cukup terkenal di Jakarta. Lokasinya di Tebet Utara, cukup deket dari rumah gw. Menurut gw sih, bebek disini banyak pilihannya. Ada bebek goreng, bebek bakar, bebek cabe ijo, dan sisanya gw lupa. Nilai plusnya tempatnya enak, walaupun parkirnya bikin stress, selalu macet kalo gw lewat situ. Nasi sepuasnya (ini yang penting!). Tapi rasa bebeknya terlalu standar, nggak ada rasa khasnya. Kalo dibawa pulang pasti jadi nggak enak deh. Harga sih murah, but still, I don't recommend it. Kalo ada yang lebih enak kenapa nggak ke tampat lain?

2. Bebek Slamet
Bebek Slamet ada di bilangan Rawamangun, deket sama UNJ. Tempatnya cukup enak. Bebek andalannya cuma satu: bebek goreng. Menurut gw, bebek gorengnya sangat berbumbu, tapi sayangnya waktu gw ke sana digoreng kurang kering. Sambelnya juga cukup enak, berminyak, banyak campuran bawangnya. Tapi secara umum, bebek sini enak buat dikunjungi. Harga sih standar. Porsinya juga cukup. Sayangnya, kadang-kadang bebek gorengnya bisa habis, padahal masih siang bolong. Lah gimana ini, restoran bebek kok bebeknya bisa habis?

3. Bebek Barokah
Bebek Barokah ada di seberang RS Persahabatan di Rawamangun. Dibilang restoran juga bukan, karena tempatnya berupa warung, di sebelah warung Padang yang punya dendeng balado paling enak se-Jakarta! Porsi bebeknya sih kecil banget, gorengannya juga biasa aja, tapi harganya juga murah banget. Walaupun warung-warung gini tapi udah banyak yang ngebahas di forum-forum di internet. Alasannya: bumbunya mantap!!! Bumbu di sini seperti bumbu rendang kering, diguyur di atas nasi panas, terus dikasih bawang goreng. Tapi awas, buat yang nggak suka pedes jangan coba-coba ke sini. Bumbunya sangat pedes!!! Habis makan pun, setelah mulut kepanasan, perut juga bisa kepanasan.

4. Bebek Kaleyo
Bebek Kaleyo termasuk bebek branded yang paling terkenal se-Jakarta. Cabangnya ada dimana-mana, tapi tetep yang paling mantap di tempat aslinya di Rawamangun, belakang Mal Arion. Bebek gorengnya sangat kering (sampai tulangnya bisa dimakan!), bumbunya enak, sambelnya mantap! Bebek gorengnya dilengkapi dengan kremes. Selain itu ada bebek bakar & cabe ijo. Pokoknya kalo dateng jam makan siang atau makan malem, pasti tempatnya penuh banget. Harganya standar. Tapi pokoknya rugi deh kalo nggak pernah ke sini dan nyicipin sambelnya yang mantap dan pedes.

5. Bebek Kemayoran
Ini dia bebek yang paling enak se-Jakarta sampai saat ini, menurut gw. Bebek Kemayoran (jeng..jeng..jeng). Berawal dari waktu stase gw di Harkit ditraktir sama salah satu dokter di sana makan nasi bebek bungkus, wah rasanya mantap skalee. Usut punya usut gw cari-cari informasi ke orang lain yang pernah ditraktir juga dan ternyata tempatnya di Kemayoran. Setelah punya telponnya, gw telpon dan ternyata lokasinya ada di sebelah RS Mitra Kemayoran. Setelah gw datengin, bukan restoran, bukan juga warung, tapi cuma gerobak dorong yang jual nasi bebek, sate ayam, dll. Tapi rasanya? Jangan ditanya. Bebeknya enak banget, dilengkapin sama bumbu serundeng (ini yang bikin enak!), plus sambel yang cukup enak, plus nasi yang banyak, plus harga yang murah! (nasi bebek porsi gede cuma 13.000). Gw pernah search di internet, belum ada yang ngebahas bebek ini. Kasian juga, makanya gw yang pertama ngebahas mungkin. Pokoknya highly recommended!

Tujuan selanjutnya:
Bebek Yogi - Kebonjeruk, Jakbar
Bebek Suryo - Blok S, Jaksel

Selamat makaaan!!!

Saturday, February 13, 2010

Minggu Gila (part 2)

Minggu Gila (part 2) adalah kelanjutan dari postingan Minggu Gila sebelumnya. MG kali ini terjadi di pertengahan Februari 2010, kira-kira hampir 2 tahun setelah MG 1. Berikut ini adalah petikan salah satu kalimat terakhir dari MG 1:
"Good bye respirasi, semoga kita nggak ketemu minggu depan!!"

Ternyata nasib-oh-nasib, gw memang nggak ketemu respirasi di minggu depan setelah MG 1, tapi kayaknya itu jadi karma dan akhirnya gw harus ketemu lagi saat stase di bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI (sekilas namanya keren, gw singkat aja jadi pulmo).

Stase di pulmo memang ada 2 sisi; sisi yang satu ko-ass bisa dapet kesempatan lebih buat mempraktekkan ilmunya di RS Persahabatan; di sisi lain jaga di stase ini kebanyakan! Memang RSP surga buat ko-ass yang rajin, sebaliknya neraka buat ko-ass yang magabut. Bisa dibayangkan, apabila RS Jantung Harapan Kita slogannya adalah "Patient First", kalo di RSP mungkin slogannya jadi "Co-Ass First". Mungkin juga di belakangnya ditambahin "Further complain is not accepted". Kebayang kan? Bahkan pasien baru yang masuk bangsal paru kelas ekonomi, terlebih dahulu harus difilter dulu oleh ko-ass sebelum diperiksa oleh dokter jaga.

Pernah suatu kasus, gw jaga malem di IGD RSP, ada pasien baru dengan keluhan utama sesak nafas, ditaruh di luar ruangan IGD. Pasti ko-ass disuruh periksa pertama dong, namanya juga RSP. Gw lah yang dapet kesempatan pertama periksa pasien, klinisnya sesak, nggak ada batuk, suhu juga subfebris. Kebetulan gw nggak pake masker dan sarung tangan saat itu, karena merasa gw udah kebal terhadap TB dan pneumonia (penyakit paling sering), nggak deng karena gw lupa (yak.. gw lupa beneran!!) dan pasien nggak ada batuk, jadi ngapain pake masker segala. Dengan santainya pasien gw raba-raba (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi). Pasien juga berkeringat banyak. Setelah gw balik ke dokter jaga dan mau melaporkan pasien tersebut, dengan santainya dia ngomong, "Oh itu pasien yang suspek AI (avian influenza) kan?" Sialan nih dokter. Pantesan ditaruh di luar. Gw udah terlanjur megang pasien apa mau dikata, tinggal pasrah aja, sambil ngelumurin tangan gw dengan sebanyak-banyaknya alkohol. Setelah diperiksa segala macem, taunya pasien mungkin bukan AI (syukurlah!), tapi dia positif HIV (sialan!).
Pelajaran pertama: Selalu pakai APD tiap memeriksa pasien!
Pelajaran kedua: Selalu tanya riwayat kontak unggas tiap periksa pasien sesak!

Hari pertama stase sudah biasa diawali dengan undian jaga. Berhubung kelompok gw jumlahnya relatif sedikit (dan jaganya membutuhkan orang banyak, termasuk weekend siang malem), rata-rata pada dapet 6 kali jaga dalam 3 minggu. Jumlah ini termasuk banyak dalam perkalenderan anak-anak klinik. Berhubung juga ada yang harus dapet bonus, gw kebagian bonus plus untuk jaga 7 kali. Berhubung berhubung juga gw minggu ke-2 dapet stase di RS Sulianti Saroso di Sunter-nan-jauh-di-sana, which is nggak bisa jaga saat stase itu, jaga gw ketumpuk di akhir stase.
Pelajaran ketiga: Aturlah jadwal jaga anda dengan bijak!

Secara umum, jaga di RSP menyenangkan, asal (1) dapet jaga di bangsal, (2) dapet dokter yang enak juga sekaligus gaul sekaligus rajin, (3) nggak banyak pasien, (4) nggak dapet pas weekend, dan (5) nggak dapet pasien asma atau batuk darah atau penurunan kesadaran yang harus di-followup terus-terusan. Kamar jaga ko-ass di RSP adalah yang paling bagus di antara kamar jaga lain.
Pelajaran keempat: Berdoalah supaya beruntung sebelum jaga!

Minggu I dan minggu II udah gw jalanin dan gw mau masuk minggu III, dengan catatan: gw sudah menjalani 3 kali jaga. Itu berarti gw kurang 4 kali jaga lagi dalam seminggu!

Hal ini ditambah lagi dengan sabda dari koordinator S1 bahwa mahasiswa pulmo harus ikut seminar pulmo-respirasi di hari Sabtu-Minggu.

DItambah ditambah lagi dengan minggu III di RSP gw harus follow up 2 pasien dari riwayat, PF, diagnosis kerja, dan rencana kerja setiap hari. Plus ujian yang diadakan di minggu ini pula: logbook, mini-cex, dan tulis. Gw sendiri udah nggak kebayang apa yang terjadi minggu depan. Jadi total, dalam 9 hari, gw ada 5 hari kuliah (7 am-3 pm), 2 hari seminar, 4 kali jaga (3 pm-6 am), 2 ujian logbook, 2 ujian mini-cex, 1 ujian tulis, 2 pasien follow up. Berarti juga gw harus nginep rumah & rumah sakit selang-seling dalam seminggu ini.
Pelajaran kelima: Jaga kesehatan anda dan biasakanlah pola tidur anda jika ingin menjadi dokter!

MG 1 dulu gw tulis setelah gw jalanin semua rangkaian 1 minggu. Nah sekarang MG 2 gw tulis sebelum gw menjalaninya. Siapa tau nanti habis selesainya MG 2, gw bakal kecapekan, hibernasi, dan lupa mau nulis apa.

Bismillah...