Tuesday, July 20, 2010

2006 Juara!!!

Gelar itu datang juga setelah ditunggu-tunggu beberapa tahun: Juara Umum Dekan Cup (DC) 2010. Yang bikin gw seneng tentu gelar itu jadi ajang pembuktian bahwa angkatan gw (FKUI 2006) memang pantas jadi yang terbaik di ajang olahraga kampus. Yang bikin gw seneng dobel adalah gelar ini datang di saat menjelang akhir kepengurusan gw sebagai ketua senat tingkat, padahal gw nggak ada proker apa-apa untuk bikin target di DC kali ini.

DC saat ini adalah DC yang pertama kali diikuti oleh angkatan gw sejak angkatan gw di-banned setahun nggak boleh ikut kompetisi DC 2009. Peristiwa di-nggak-boleh-ikutnya angkatan gw tahun lalu ini boleh dibilang sebagian kesalahan gw dan angkatan gw dalam menyelenggarakan DC 2008, sebagian lagi karena masih adanya aroganisme senioritas di kampus gw. Sakit hati? Tentu. Kecewa? Apalagi. Siapa yang nggak sakit hati angkatannya dicampakkan begitu aja dari acara yang memang ditujukan untuk nyatuin semua angkatan. Kata orang sih ini buat jadi bahan pelajaran buat angkatan gw. Tapi kata gw, ini cuma jadi bahan pemuasan bagi sebagian orang untuk ngelihat angkatan gw hancur (selama setahun). Bagi gw, angkatan gw nggak ngambil pelajaran apa-apa dari sini, malah mempersiapkan diri biar tahun depan bisa berkompetisi dengan baik.

Untuk DC 2010 ini, angkatan 2006 bisa menggondol total 7 medali; 5 medali emas, 1 medali perak, dan 1 medali perunggu. 5 medali emas didapet dari cabang futsal, cabang tenis meja (2 medali), sama cabang tenis (2 medali). Medali perak didapet dari cabang basket. Medali perunggu didapet dari cabang sepakbola. Agak ironis sebenernya distribusi medali DC (dan juga kompetisi lain macam Olimpiade) yang nggak adil buat cabang-cabang gede semacam sepakbola. Sementara cabang-cabang kecil yang banyak kelasnya malah medalinya lebih banyak.

Futsal dimainin dengan baik oleh angkatan gw, walaupun nggak pernah latihan rutin, tapi paling nggak punya tim yang relatif konstan dari waktu ke waktu. Tim futsal 2006 adalah tim yang anggotanya bervariasi dan suka ngembat pemain dari manapun kalo main. Tapi strategi yang diterapin waktu semifinal dan final bikin tim ini jadi juara. Selain itu tim ini paling banyak penontonnya kalo lagi main. Tenis meja dan tenis bisa nyumbangin masing-masing 2 medali emas berkat penampilan apik dari wonderwomen angkatan gw. Malah cowok nggak ada yang bisa bikin prestasi di 2 cabang ini, tapi buat kompetisi tahun depan 2006 sudah nyiapin pemain cowok yang kompeten.

Basket? Sayang sekali tim 2006 nggak juara, padahal termasuk salah satu tim yang diunggulkan. Cuma kalah di final sama barisan PPDS yang bejibun dan gonta-ganti melulu dan nggak full team saat main di final bikin tim ini cuma dapat perak. Tim sepakbola juga begitu, dikalahkan oleh tim PPDS + ballboy-nya lewat pertandingan yang dramatis dan penuh tekanan batin + fisik di semifinal. Namun akhirnya bisa juga mengambil medali perunggu. Padahal tim sepakbola ini suka cuma tampil pas-pasan; sekali main cuma 11 orang dan nggak ada substitutes-nya, kalo ada palingan cuma 1-2 orang, nggak lebih.

Yang bikin gw bangga lagi adalah khusus untuk tim sepakbola dan basket adalah tim ini menjadi tim terbaik untuk kategori angkatan di FKUI saat ini. Semoga tahun depan gelar juara umum ini berhasil kami pertahankan!

Thursday, July 15, 2010

Arrivederci Riset!

Setelah sekian lama menunggu (3,5 tahun boi!!) riset gw yang berjudul, "Hubungan Hasil Pemeriksaan Basil Tahan Asam Sebelum Pengobatan dengan Hasil Akhir Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru Kasus Baru yang Menggunakan Strategi DOTS di RSUP Persahabatan Jakarta" akhirnya selesai juga. Sekilas, kalo ngelihat judul riset gw, apalagi kalo orang awam pasti bengong, terkesima, atau langsung nanya, "Apa sih maksudnya?" Padahal aslinya ini mungkin jenis riset yang paling gampang dikerjain.

Aslinya gw lolos dari jeratan riset-risetan ini adalah seminggu yang lalu, Selasa, 6 Juli 2010, di RSP tercinta tentunya. Gw sendiri baru nulis ini di blog sekarang karena mood yang baru datang. Rasanya mau ujian riset? Beuuuhhh, dag-dig-dug abis. Kalimat pembuka yang gw pake juga, "Selamat siang yth. para penguji, kali ini saya akan mempertahankan skripsi saya yang berjudul ......" Serasa udah menempuh program master atau doktoral. Padahal kalo dijalanin, lagi-lagi, nggak segitunya. Pengujinya asik, pembimbingnya baik, revisinya minim, sama aja pressure-nya kayak ujian pasien one-on-one sama konsulen.

Padahal beberapa waktu sebelumnya badan udah panas dingin nunggu giliran maju. Makalah yang dijadiin bahan belajar rasanya udah lecek di tangan, gara-gara dibolak-balik terus padahal nggak tau mau baca apa lagi. Buku-buku TB yang notabene adalah koleksi dari modul respirasi kemarin sampai bosan dibaca. Sialnya, update pengobatan TB yang terbaru dikeluarin sama WHO tahun 2010 ini, jadi mau nggak mau harus belajar lagi. Beberapa waktu sebelumnya lagi, waktu sesi latihan presentasi, slide presentasi dilihat-lihat terus buat dicek ada nggak kesalahannya, kalo ngelihat slide temen bagus rasanya pingin dibagusin lagi juga. Boro-boro belajar, malah main game sepakbola buat ngeprediksiin (kata ini susah bener ditulis!) pertandingan bola malem nanti.

Btw, selamat buat Spanyol jadi juara dunia. Next time, Italia juara. D’ovè la vittoria? Le porga la chioma.

Saturday, July 10, 2010

It's a World Cup Time! (part 3)

Nonton Piala Dunia memang bikin hidup kebalik, siang tidur pulas malemnya melek sampai pagi. Untung waktu liburan! Siang bermales-malesan di kasur, malem online sambil nungguin di depan TV. Apalagi kalo Piala Dunia diselenggarain di tempat-tempat yang mepet sama Greenwich, kayak Afsel sekarang ini. Pengalaman gw paling enak nonton Piala Dunia tahun 2002 di Korea-Jepang, waktu itu nontonnya sama seperti jam kehidupan orang Indonesia pada umumnya, siang pulang sekolah ada pertandingan, malem pun ada pertandingan, habis itu tidur dengan wajar. Final pun ditayangin di prime time. Gimana kalo Piala Dunia 4 tahun lagi ya waktu diselenggarain di Brazil? Pertandingan siang di sana jadi dini hari di sini, yang malem di sana jadi pagi di sini. Pasti banyak pertandingan yang bolong (kayak puasa aja).

Sebelumnya gw udah pernah ceritain kalo gw dukung Italia di Piala Dunia kali ini, yang walhasil gatot aka gagal total gara-gara dibinasain sama Slovakia lewat 10 menit paling seru di Piala Dunia kali ini. Akibatnya gw jadi nggak ngejagoin siapa-siapa setelah Italia kalah. Mau jagoin Slovakia (yang ngalahin Italia) juga nggak mungkin juara, mendingan nggak jagoin siapa-siapa. Akibatnya juga, setiap gw nonton pertandingan sejak Italia tersingkir, antusiasme gw berkurang separo. Tim yang dijagoin nggak ada dan gw cuma nonton karena cuma mau lihat sepakbola indah aja. Jadinya, gw cuma ngedukung tim yang bertanding berdasarkan mood atau keadaan di sekitar gw.

Dalam kurun waktu terakhir ini, tempat nonton bareng yang jadi favorit di Jakarta buat gw adalah kawasan Kemang. Total, udah empat kali gw udah nonton di kawasan itu. Yang pertama waktu pertandingan Jerman vs Inggris. Gw pilih nonton di Kemang Food Fest yang memang ada layar gedenya. Dua temen gw pilih jagoannya Inggris, karena gw nggak punya jagoan gw nemenin satu temen gw lagi pilih Jerman biar seru. Awal pertandingan banyak pengunjung yang ngejagoin Inggris. Begitu di tengah pertandingan waktu Inggris udah kalah banyak tiba-tiba yang teriak Jerman udah banyak. Akhir pertandingan seluruh penonton seolah ngedukung Jerman. Loyalitas itu seakan sirna.

Pertandingan kedua Argentina vs Jerman masih di tempat yang sama, cuma bedanya masuknya sekarang pake bayar 30.000 rupiah biar mas-mas dan mbak-mbak yang jaga restoran di sana nggak rugi kursinya didudukin 2 jam. Pendukungnya banyak yang dukung Jerman gara-gara mungkin pendukung Inggris pindah haluan. Pendukung Argentina juga lumayan banyak. Dan gw mendukung Jerman kali ini gara-gara temen gw dukung Argentina. Argentina dibabat habis. Seluruh pemirsa teriak Jerman di akhir pertandingan.

Pertandingan ketiga, semifinal yang sepi penonton, Uruguay vs Belanda kali ini pindah ke McDonald's Kemang yang ada big screen-nya juga gara-gara Kemang Food Fest yang malakin 30.000 itu. Jalanan relatif sepi kayak malem-malem biasa. Penonton pun nggak heboh, nggak ketahuan siapa dukung siapa. Gw dukung Uruguay, sekali lagi karena temen gw berpindah dukung Belanda, dan Uruguay pun kalah lewat injury time paling seru. Usai pertandingan masing-masing orang pulang dengan damai dan sopan, nggak ada macet.

Pertandingan keempat, pertandingan paling heboh, semifinal Jerman vs Spanyol. Pendukung Jerman tiba-tiba booming gara-gara pendukung pendukung Jerman asli + pendukung Inggris + pendukung Argentina + swing voters. Pendukung Spanyol masih didominasi sama cewek-cewek yang nonton cuma mau ngelihat Iker Casillas dkk main. Penontonnya membludak gila. Gw berangkat dari rumah jam 11.30 malem sampai di Kemang udah disambut dengan macet, padahal pertandingan dimulai jam 1.30 dini hari. Tukang parkir untung dengan ongkos 10.000-nya. McD udah dipenuhin orang sampai sesak di dalem. Kemang Food Fest masih dengan 30.000-nya (najis!) dan rame orang di dalem. KFC yang juga pasang layar tancep dipenuhin orang juga sampai ke jalanan di depannya, dan gw pilih di situ. Gw jagoin Spanyol dengan alasan: udah banyak orang dukung Jerman dan biar keluar juara baru. Spanyol lolos ke final. Pulang disambut dengan kemacetan lagi.

Kayaknya nanti waktu pertandingan final lebih banyak pendukung Spanyol dianalisis dari sisi manapun. Kita lihat aja nanti!

PS: Tempat nonton bareng yang rame, nyaman, murah, dan layarnya gede ada di mana lagi ya?