Sabtu, 24 September 2011 kemarin, menjadi hari yang paling menggembirakan sekaligus menyedihkan bagi FKUI angkatan 2006. Betapa tidak, di hari yang menjadi titik tumpu bagi kami semua untuk meneruskan masa depan, teman kami, dr. Steven Wijata, justru meninggalkan dunia yang fana ini.
Memang gw nggak sedekat seperti teman-teman lainnya ke W (begitu Steven biasa dipanggil). Tapi gw berkesan banget selama dia menjadi wakil ketua rombongan gw semasa stase klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak. Kepeduliannya, tanggung jawabnya, kepintarannya selalu menjadi panutan bagi teman-teman sekelas. Gw masih ingat bagaimana status pasien W menjadi status pasien paling holistik, komprehensif, dan panjang selama kepaniteraan di modul Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK). Bagaimana dia selalu duduk paling depan, membaca bahan kuliah terlebih dahulu, menyiapkan laptop, mencatat materi kuliah dosen, serta siap dengan pertanyaan kritisnya. Bagaimana dia selalu konsisten dengan snelli lengan panjangnya bahkan ketika modul klinik sudah berakhir, tanda bahwa dia adalah murid yang menghormati gurunya. Bagaimana dia membuat dirinya menjadi drummer nomer 1 di kampus FKUI. Bagaimana dia secara konsisten mencoba meraih ilmu sebanyak-banyaknya hingga mengikuti konferensi kedokteran di luar negeri. Bagaimana dia selalu bersedia membantu teman-temannya
Hal-hal di atas menjadi bukti bahwa hampir sangat tidak mungkin W melakukan bunuh diri, sesuatu yang banyak diberitakan dan dibicarakan orang lain di luar sana yang hanya bisa gw panggil sebagai penggosip murahan.
Kepergiannya adalah kerugian besar bagi FKUI 2006, Indonesia, bahkan dunia kedokteran yang telah kehilangan calon dokter yang hebat.
Selamat jalan W... Kenangan itu tidak akan pernah terhapus dari kami.