Tuesday, November 9, 2010

Welcome to the Real 5th Grade

Inilah nasibnya kalo ngambil stase yang mudah dulu di awal: kurva kesibukan akan naik secara perlahan/drastis sampai kita nggak tahu turunnya kapan lagi. Boleh dibilang stase bedah merupakan stase surga di tingkat V. Nggak ada tuntutan baca banyak bahan, nggak ada laporan jaga, penulisan status yang super simpel, dan sebagainya. Stase 9 minggu di bedah bagaikan hampir libur selama 9 minggu, kecuali memang beberapa stase bedah yang menuntut untuk capek dan banyak ngerjain tugas. Sisanya? Anda bisa hanya datang, dengar, dan pulang.

Beda banget sama stase Ilmu Kesehatan Anak (IKA) yang gw jalani sekarang ini. 2 minggu pertama memang seperti kegiatan preklinik: kuliah atau bedside teaching dari jam 7 pagi sampai jam 3 sore, sehingga efek sedatif hampir muncul setiap hari. Lalu begitu minggu ke-3, kita diberdayakan untuk kerja klinik di rumah sakit. Beberapa rumah sakit yang menjadi mitra FKUI dalam stase IKA ini adalah RSCM, RSP, RSHK, RSF, dan RSUT. Saking banyaknya RS mitra sehingga kelompok kecil dapet 3 RS jejaring selama 5 minggu ke depan.

Efek dari dapet jackpot RS jejaring seperti itu adalah jaga malam makin banyak, ditambah harus juga jaga malam di RSCM juga. Inilah tingkat V teman-teman! Tingkat di mana tanggung jawab semakin membesar, tingkat di mana ekspektasi dosen terhadap kita semakin meninggi, tingkat di mana kita dituntut untuk mengelola waktu dengan baik, tingkat di mana sakit lama tidak menjadi alasan untuk absen.

Dan saat gw menulis blog ini, dalam seminggu ke depan, akan ada 4 kali jaga malam yang menunggu gw.

Jangan Remehkan Nametag Anda

Mungkin sebagian orang suka meremehkan nametag-nya sendiri, termasuk gw. Nametag yang dimaksud di sini tentu saja tanda pengenal yang berisi nama yang suka terpampang di barang pribadi kita sendiri, misalnya tas, jersey olahraga, atau pernak-pernik pribadi lainnya. Alasannya simpel: kelupaan, ataupun menganggap nametag tersebut tidak penting, atau ada saja yang nggak suka menyebarkan identitas pribadi ke orang lain (sok privasi). Memang, ada benarnya juga kalo barang itu nggak kemana, tapi bukankah kita baru menganggap barang itu berharga kalo udah ilang?

Kejadian yang melibatkan gw dan nametag terjadi minggu lalu, saat dala perjalanan ke Jogja via bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Saat itu gw dan rombongan tengah berangkat dalam rangka misi kemanusiaan untuk korban Merapi di Jogja. Namanya juga misi kemanusiaan, pasti barang-barang yang dibawa banyak banget, terutama obat-obatan. Nah di saat pemeriksaan barang masuk terminal lah, tas jaga gw yang berisi alat pemeriksaan fisik lengkap dan kamera hilang terselip di antara barang-barang penumpang yang rame di pagi hari itu. Menyadari gw kehilangan tas jaga itu, kontan gw langsung lapor petugas keamanan bandara yang nggak jauh dari mesin sinar-X itu.

Beruntung hilangnya di bandara Soekarno-Hatta, bandara yang tercanggih di Indonesia (menurut gw). Petugas keamanan langsung merespon dengan menggunakan kamera CCTV yang ternyata nggak cuma jadi hiasan seperti di beberapa tempat umum. Dengan melihat identitas gw di CCTV dan menyebutkan jam kehilangan dan jenis barang, petugas CCTV yang nggak tau di mana mulai mencari tas jaga gw yang raib. Dengan muka kesel, gw mulai menurunkan ekspektasi dan meninggalkan petugas keamanan di pintu terminal karena pesawat gw udah mulai boarding.

Nah, di saat gw akan boarding lah, tiba-tiba gw mendapatkan telepon dari ibu-ibu yang tiba-tiba menyebut nama gw dan menanyakan apakah gw kehilangan tas. Langsung saja gw menanyakan posisi ibu tersebut yang ternyata baru menyadari ngebawa tas gw setelah dia di atas pesawat. Wahhh berabe!! Yang kepikiran di ingatan gw saat itu adalah nyamperin ibu itu ke atas pesawatnya, yang tujuannya ke Solo (nggak jauh dari Jogja), dan balik lagi ke gate gw. Sialnya, waktu itu berbarengan juga dengan dibukanya gate gw untuk masuk ke pesawat. Gw panik, ibu itu juga panik, bilang kalo nanti tasnya nggak bisa dititipin ke kru maskapai bakal dikirimin dari Solo ke Jogja. Akhirnya ada juga kru maskapai yang berbaik hati mau nganterin tas itu, dari gate si ibu ke gate gw.

Telepon gw ke mas kru maskapai yang gw inget adalah nggak diangkat, cuma disambut sama RBT-nya Armada. Gw SMS aja ke orang itu pesawat dan seat tempat gw duduk. Kalo nggak nyampe, bakal gw teror nih orang, batin gw. Cerita akhirnya, mas kru tersebut akhirnya bisa mengantarkan tas tersebut ke gw pas gw udah ada di seat gw. Heboh, karena karena kayak kejadian di film-film gitu yang suka ada kejadian last minute  menjelang keberangkatan.

Hingga saat gw SMS ke ibu itu untuk berterima kasih, si ibu hanya membalas, "Untung bpk mencantumkan no hp, jd memudahkan kt he he."