Sunday, March 21, 2010

Let's Dreaming!

Everyone has a dream! Blog kali ini agaknya diilhami dari serial Kick Andy yang baru gw tonton tentang anak orang miskin bisa jadi S3. Ya udah pasti semua orang punya mimpi atau cita-cita. Nggak mungkin sebaliknya, kalo seseorang nggak punya suatu mimpi mungkin status Homo sapiens-nya perlu dipertanyakan.

Omong-omong tentang cita-cita, gw sendiri punya beberapa cita-cita sejak gw kecil. Malahan beberapa di antaranya mungkin rada aneh buat dipikir-pikir jadi cita-cita, lucu juga kalo diinget.

Dimulai dari cita-cita pertama gw. Ini dia cita-cita gw yang paling natural mungkin: jadi pengantin! Hahaha. Padahal gw sendiri nggak pernah nyadar, cuma gw sendiri dikasih tau sama orang tua kalo masa kecil gw waktu ikut pesta pengantin suka minta duduk di kursi pengantin. Kenapa sampe terpikirkan oleh gw waktu itu! I don't know. Mungkin gw waktu itu membayangkan jadi pengantin enak soalnya disalamin orang banyak. Hahaha.

Cita-cita kedua gw, waktu gw agak gedean sedikit (TK-SD) adalah yang paling aneh dan nggak masuk akal: jadi penjaga pom bensin! Hahaha. Kalo yang ini gw udah sadar kalo gw memilih cita-cita itu. Alasannya simpel. Gw waktu itu iri sama penjaga pom bensin soalnya mereka dapat duit terus. So, that's realistic. Anak kecil memang gampang ditipu sama situasi.

Cita-cita ketiga gw (waktu di SD) adalah standar sama kayak anak-anak kecil lainnya: pilot. Kenapa memilih ini gw juga bingung. Sama aja kayak anak-anak kalo punya cita-cita jadi dokter atau jadi tentara, STD alias standar.

Cita-cita keempat gw, waktu gw masuk SMP, adalah cita-cita paling spontan dari gw. Gw inget waktu gw orientasi ditanyain satu-satu tentang cita-cita, gw jawab aja cita-cita gw: profesor. Alasannya keren aja sama yang namanya profesor, bisa seperti Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie yang pernah datang ke SD gw, walaupun gw nggak tau apa sebenernya arti profesor hingga gw masuk kuliah.

Cita-cita kelima: insinyur. Mungkin ini cita-cita pertama gw yg gw pikirkan secara serius. Dan yang satu ini bertahan dari jaman akhir SMP sampe akhir SMA. Dulu waktu SMP memang gw pernah berkunjung ke ITB dan kepincut sama kampus yang adem itu. Waktu masuk SMA pun gw masih pingin masuk ITB, apalagi gw juga 'lumayan' suka itung-itungan. Dulu gw bermimpi untuk bisa bikin pesawat seperti pak Habibie. Dan masa akhir SMA jadi masa penentuan cita-cita gw.

Cita-cita terakhir gw dan masih bertahan hingga saat ini adalah jadi dokter. Sebenernya gw termasuk lemah soal hafalan. Profesi dokter juga nggak kepikiran dari dulu. Alasan gw mau jadi dokter simpel juga: karena kampus kedokteran ratingnya paling tinggi di Indonesia. Dan sampe sekarang pun gw juga masih bingung kalo ditanya, "Kenapa pingin jadi dokter?" Sama seperti saat gw diuji di modul pulmonologi kebetulan sama ketua Konsil Kedokteran Indonesia. Tapi dari pertama gw memilih cita-cita ini sampe sekarang, gw semakin suka dengan profesi kedokteran.

Berarti kalo dirunut dari awal, gw mungkin punya cita-cita seperti ini: dokter, yang menjadi pengantin, yang punya usaha pom bensin, yang bisa nyetir pesawat, yang akhirnya punya usaha pabrik pesawat, yang selanjutnya jadi profesor. Dan gw termasuk salah satu dari orang yang beruntung bisa sejalan dengan cita-cita gw sekarang. So keep being thankful of your life!

Tuesday, March 9, 2010

Nyeri Bahu

Hari ini gw dapat kuliah yang sangat interaktif dan menyenangkan dari dosen gw, dr. Salim Harris, SpS(K) yang ngomong dengan aksen arab yang kental bener. Topiknya sekilas biasa aja: nyeri kepala aka headache.

Memang kesannya pertama biasa, belajar anatomi otak dan pembuluh darahnya yang kecil & amit-amit di kepala. Terus nyambung ke jenis sakit-sakit kepalanya. Topik makin menghangat setelah ngomongin tentang migrain dan akhirnya nyambung juga ke nyeri leher dan bahu. Nah ini dia yang seru!

Tiba-tiba semua mahasiswa cowok disuruh berdiri, terus diliat satu-satu. Setelah diliat bahunya satu-satu, akhirnya dengan yakin, si dosen nyuruh gw berdiri sambil ngomong, "Maaf ya Himawan, kamu dibuat belajar dulu ya!" Whaattt??!!

Gw disuruh maju ke depan kelas, buka kemeja luar, buka kaos dalem (huh!) dan akhirnya disuruh ngadep ke depan kelas, sambil punggung gw diliatin ke teman-teman sekelas.

"Nah, disini bisa dilihat, bahunya terlihat tidak simetris. Yang kiri lebih tinggi sedikit dan lebih gemuk daripada yang kanan. Ini adalah contoh spasme dari otot bahu (trapezius) kiri. Pasti kamu sering sakit bahu kiri ya, Wan?"

Buset ajaib amat nih dokter, cuma ngeliat aja bisa tau kalo gw suka sakit bahu kiri. walaupun nggak gw sadari sih, tapi memang selama ini gw ngerasa bahu kiri agak kurang nyaman dan cepet pegel. "Iya sih, dok!" jawab gw.

"Coba kamu rentangkan tangan kamu ke depan, terus digerakkan ke atas bawah berulang kali!"
"Nah bisa dilihat kan otot di kiri terlihat lebih gemuk daripada di kanan, ini yang disebut spasme. Terus coba lihat skapula (tulang belikat) kiri lebih menonjol. Kondisi ini yang dinamakan spondyloarthrosis cervicalis."

GILAAAA!!! *sembah-sembah ke dokter tersebut

Teman-teman gw juga terheran-heran dengan fenomena di bahu gw, sampai ada yang berpikir mau memvideokannya. Gw sendiri bingung, pingin liat, tapi adanya di punggung gw. Memang derita orang percobaan (OP).

"Kondisi ini bisa dikarenakan trauma, degeneratif, diturunkan dari orang tua yang seperti ini juga, ataupun sering terjadi pada orang yang sering bekerja menunduk di depan komputer (seperti gw ini), dan pijat maupun obat-obatan itu hanya akan meredakan gejalanya aja, tetapi nantinya akan muncul terus-menerus. Karena nyeri yang terjadi itu adalah campuran dari nosiseptif dan neuropati, maka obat-obatan yang bisa diberikan adalah kombinasi NSAID dan anti-epilepsi"

Terus apa obatnya dong dok? Ternyata obatnya hanya satu: berenang. Dan renangnya juga cuma boleh satu gaya: gaya punggung. Duh, susah amat obatnya. Dulu boleh aja sering renang, tapi dengan waktu sekarang ini mana sempet?! Oiya, kalo nggak mau renang bisa juga sih obatnya dengan masang collar neck biar leher nggak terbebani, atau sering mendongakkan kepala. Obat yang susah. Memang sehat itu susah, sehat itu anugrah.

Sebenernya nggak cuma ini aja sih gw didiagnosis penyakit saat belajar di kedokteran. Dulu pernah juga didiagnosis myopia (rabun jauh) -1,25 mata kiri ditambah astigmatisma. Tapi gw nggak pake kacamata karena gw merasa tidak terganggu. Memang, dokter adalah pasien yang paling bandel.

Buat yang mengeluh keluhan yang sama seperti gw, mungkin bisa dicoba resep berenang tersebut. Mudah-mudahan keluhannya bisa hilang total.

Mungkin gw juga akan mencoba berenang kembali.