Perjalanan dimulai di stasiun Tebet, gw akan menggunakan kereta commuter line menuju ke stasiun Jakartakota. Hari itu, Kamis, 9 Februari 2012, memang cocok untuk jalan-jalan ke Kota. Matahari cukup cerah (baca: panas) untuk jalan-jalan. Wisatawan masih sepi, justru yang banyak adalah pedagang-pedagang yang mau ke daerah Mangga Dua. Commuter line cukup sepi karena gw emang sengaja nunggu untuk berangkat agak siangan biar nggak ikut-ikutan urbanisasi orang Bogor ke Jakarta. Begitu masuk kereta gw udah disajikan pemandangan yang super aneh, ada pedagang rambutan dengan 3 bakul gedenya di dalem kereta ber-AC ini. Gw jepret-jepret dulu deh dia sambil cuek, lumayan untuk koleksi foto. Kira-kira 20 menit perjalanan Tebet-Kota, hal yang mungkin dicapai kalo pake mobil.
Cuma di Indonesia |
Begitu sampai Kota, tujuan pertama adalah makan pagi yang telat. Searching wisata kuliner di Kota gampang-gampang susah terutama untuk muslim seperti gw. Sebenernya banyak banget review tapi kebanyakan mengandung babi, dari mie ayam sampai ke bubur hampir semuanya berbabi. Dan pilihan kuliner enak dan halal juga terbatas. Dari hasil searching wisata kuliner Kota yang agak susah, gw berencana untuk brunch di daerah pasar Asemka, tepatnya di warung soto tangkar di dalam pasar. Entah kenapa, soto tangkar (iga sapi) di sini terkenal banget. Nyarinya pun setengah mati, hampir 30 menit gw jalan-jalan kepanasan sebelum menemukan Soto Tangkar H. Diding di dalem pasar Asemka. Warungnya kecil banget, cuma ada 6 kursi. Menu yang gw coba ada 2: soto tangkar dan sate sapi. Kuah soto tangkar ini seperti kuah soto betawi. Enak? Jelas karena gw juga sedang lapar-laparnya.
Selesai ngadem, sambil berbekal sebotol minuman isotonik, gw jalan agak jauh dari alun-alun menuju ke arah pelabuhan Sunda Kelapa, melewati jembatan Kota Intan lagi. Tujuan kali ini adalah ke museum bahari yang ada di sekitaran pasar ikan Luar Batang. Jalan menuju ke daerah ini lumayan jauh dan panas menyengat, tapi melewati bangunan-bangunan yang dulunya galangan kapal VOC yang sekarang udah beralih fungsi menjadi restoran-restoran Cina. Sebelum ke museum, gw menyempatkan mampir ke menara syahbandar Sunda Kelapa yang bangunannya miring hampir menyerupai menara Pisa di Italia. Tempat ini adalah tempat patok 0 km Jakarta. Sesampainya di puncak menara gw memang bisa melihat pemandangan pelabuhan Sunda Kelapa dan sekitarnya, tapi berada di puncak menara ini cukup serem karena menara goyang kalo ada truk lewat di jalanan di bawahnya. Apalagi menaranya miring pula. Mudah-mudahan sih pengunjungnya tetap sedikit biar menaranya nggak cepet ambruk. Di bawah menara ada bekas tembok benteng lengkap dengan meriam-meriamnya yang diarahkan ke perkampungan kumuh warga. Sesampainya di museum bahari, gw kaget pengungjungnya cuma gw seorang. Berada di bekas gudang VOC dengan ruangan besar nan senyap sendirian memang agak creepy. Tapi secara keseluruhan museum ini agak jelek koleksinya, karena kebanyakan berupa miniatur dan maket. Nilai historisnya malah lebih bernilai di gedung tempat museum ini daripada koleksinya.
Gw pun balik ke kawasan alun-alun untuk menelusuri museum yang belum gw jamah. Pinginnya ke museum seni rupa & keramik tapi museum ini hari itu lagi tutup. Akhirnya gw masuk ke museum Bank Indonesia yang dulunya bekas kantor pusat bank sentral di Batavia. Overall, museum ini adalah yang paling tertata bagus dan modern di seluruh kawasan Kota Tua. Berbanding terbalik sama museum-museum lain yang dikelola sama pemerintah provinsi. Selesai dari museum ini, sekitar jam 3 sore gw bertolak ke ITC Mangga Dua. Tujuan gw ke ITC ini bukan untuk borong sepatu atau baju, melainkan cuma untuk makan siang telat di kios restoran Mama Kitchen yang cuma jual 1 menu: tomyam. Kiosnya cuma ada sekitar 15-20 kursi tapi untungnya gw datang di saat bukan jam makan siang. Selesai nyantap nasi goreng tomyam seafood dan bawa oleh-oleh buat orang rumah, gw pun balik ke Stasiun Jakartakota sebelum jam pulang kantor dimulai.
No comments:
Post a Comment