Kebetulan di pertengahan gelaran Piala Dunia 2010, gw lagi liburan ke Bali. Ada yang berbeda dari suasananya. Kalo biasanya kita ke Bali cuma nikmatin alam-alamnya yang memang ajaib, sekarang ini orang-orang Bali lagi tergila-gila sama yang namanya Piala Dunia.
Pertama kali gw datang ke Bali di liburan ini, gw nginep di kota Denpasar. Kalo sore, seperti biasa, kota Denpasar isinya macet semua. Beda rasanya kesel karena macet di Jakarta sama di Denpasar. Kalo di Jakarta gw kesel karena macet yang nggak jalan-jalan, tapi di Denpasar gw kesel karena macet yang merambat tapi nggak tau ujungnya di mana. Ajaibnya, begitu jam 8 malem ke atas, jalanan mulai sepi, lebih sepi dari biasanya (ini kata supir yang biasa di sini). Pengaruh Piala Dunia barangkali. Di Jakarta sih kayak gini juga biasa.
Selanjutnya beralih ke kawasan Kuta. Kuta ini kebalikannya Denpasar. Kalo Denpasar macet di siang hingga sore, di Kuta macet dimulai dari sore sampai pagi dini hari. Macetnya Kuta lebih menjijikkan daripada macet Denpasar ataupun Jakarta. Udah nggak gerak, nggak tau ujungnya di mana. Apalagi waktu peak season seperti sekarang ini. Tapi seolah majik, macet di Kuta waktu Piala Dunia sekarang ini berhenti waktu jam 10-12 malem, waktunya pertandingan Piala Dunia. Turis-turis Kuta berhenti sejenak di kafe-kafe untuk nonton Piala Dunia, begitu pula gw.
Ini yang lebih ajaib lagi. Di Bali biasanya kita melihat jajaran pura-pura di sepanjang jalan. Tapi waktu Piala Dunia ini ada tambahan satu lagi: jajaran bendera-bendera raksasa di tepi jalan, yang bahkan di Jakarta pun nggak gw lihat. Bendera itu ukurannya raksasa banget, banyak yang panjangnya mencapai 5 meter. Dan jumlahnya banyak banget, bisa dilihat rata-rata belasan bendera di hampir setiap banjar yang dilewati. Rata-rata negara-negara yang banyak dipasang benderanya yaitu Inggris, Jerman, Italia, Argentina, dan Spanyol. Dan tempatnya bukan cuma di kota aja, bahkan di desa pun nggak berbeda. Dalam perjalanan gw ke Bedugul hari ini, gw ngelihat itu hampir di semua banjar di tiap desa, bercampur sama pura-pura dan persawahan. Dan uniknya lagi, bendera-bendera tim yang udah nggak lolos, semacam Afsel, Prancis, maupun Italia, nggak diturunin sama warga, melainkan malah dikerek setengah tiang (sayang gw nggak sempet foto!). Susah menemukan bendera Australia maupun Jepang (yang turisnya paling banyak di Bali) dipasang di jalan-jalan. Uniknya lagi, gw menemukan satu bendera Israel, yang notabene nggak ikut Piala Dunia, dipasang di jalan.
Mungkin euforia Piala Dunia yang paling heboh nomer dua setelah di Afsel adalah di Bali. Gimana ya kalo Piala Dunia sendiri dimainkan di Indonesia. Pasti orang-orang sudah mulai lupa kerja, kuliah, atau sekolah. Yang jelas orang Bali sendiri sudah heboh sama gelaran Piala Dunia sekarang. Bener-bener seperti lagunya K'naan: When I get older, I will be stronger, they'll call me freedom, just like a Wavin' Flag.
No comments:
Post a Comment