Tuesday, April 20, 2010

Suka Duka Forensik (part 2)

Huaahhh... nggak kerasa stase forensik udah masuk minggu ketiga alias udah mau selesai. Gw mau berlama-lama di sini!! Bangun jam 6, masuk jam 8, keluar jam 12, diulang-ulang aja jadwal gini selama 3 minggu, ditandai dengan sempatnya gw ke Atrium, GI, ataupun berobat ke dokter gigi di antara rutinitas kesibukan modul. Gimana forensik ini nggak jadi bagian surga! Ditambah lagi jaga cuma sampai jam 9 malem, beban belajar nggak berat, nggak ada preskas, nggak ada tugas pribadi, nggak ada MAKALAH!, dosen baik-baik, kamar jaga oke, sebutin deh semua yang enak-enak pasti ada di forensik.

Anyway, masuk ke forensik berarti udah siap menghadapi yang belum pernah kita hadapi sebelumnya (lihat juga postingan sebelumnya). Kebetulan waktu gw nulis ini adalah sehabis gw jaga di kamar mayat RSCM juga. Setelah 2 minggu berleha-leha di forensik, akhirnya gw dapet juga kesempatan autopsi lagi (akhirnya!). Kali ini dibandingkan dengan autopsi yang pertama (di postingan sebelumnya), mayat yang sekarang 'rada' seger (kata 'rada' di sini berarti berbeda dikit) dan untungnya lagi bukan mayat tenggelam. Dibuka sana, dibuka sini, ternyata another jackpot, mayat dengan suspek SIDA dengan tanda-tanda infeksi di seluruh tubuh. Yang namanya tanda infeksi kalo di forensik itu perlu diketahui adalah perlekatan di mana-mana, bercak perdarahan di mana-mana, cairan aneh di mana-mana, dan bau yang lagi-lagi di mana-mana. Beruntung gw kali ini memakai 3 lapis handskun dan tangan gw selamat dari percobaan ini.

Menjelang jaga, ujug-ujug ada 1 mayat lagi datang. Dan tebak apakah ini?! Mayat busuk sodara-sodara! Hijau, besar (kayak Hulk), dan bau di seluruh pelosok negeri forensik. Menurut keterangan saksi mata sih korban jatuh dari lantai 2 dan langsung wafat di tempat. Yang aneh adalah kenapa mayat udah busuk? Kenapa nggak ditolong dulu sama saksi? Dibuka-buka yang ketemu adalah nggak ada patah tulang sama sekali, dan setelah dicek-cekin mungkin penyebab lukanya adalah pankreatitis hemoragik akut dengan waktu kematian lebih dari 48 jam. Wow! Inilah kehebatan dunia forensik.

Intermezzo dulu, bicara soal waktu kematian emang belajar di forensik bagaikan jadi detektif yang ada di komik-komik atau di film-film. Bisa nentuin waktu kematian, sebab kematian, tanda khas diracunin, dsb. Jadi bisa juga ngebantu polisi nentuin korbannya dibunuh, bunuh diri, atau kecelakaan.

Setelah autopsi mayat kadaluarsa itu setelah 2 jam, datanglah panggilan dari IGD karena ada korban pengeroyokan. Setelah dateng rame-rame, eh ternyata si korban cuma punya 1 luka lecet di bahu. Ceritanya pun aneh, katanya dia lagi duduk di depan tiba-tiba 5 orang ngedatengin dia sambil mukul-mukulin pake helm di dalam rumah. Cerita paling aneh yang pernah gw dapat selama ini.

Balik lagi ke kamar autopsi malamnya, ada 1 mayat baru lagi, kali ini masih bener-bener fresh from the road, korban kecelakaan. Berhubung luka-lukanya banyak dan patah tulangnya juga banyak ceritanya langsung di-skip aja. Dari sisi canggihnya forensik, penyebab kematiannya mungkin patah tulang di daerah dasar kepala.

Dan akhirnya senang juga! Kasus yang gw dapatkan di jaga kali ini akhirnya diujianin kasus juga sama dokternya. Walaupun pulang lebih malam dari yang seharusnya, tapi yang penting beban udah berlalu satu. Dan tangan gw atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa tidak berbau mayat lagi, sehingga gw bisa leluasa makan di keesokan hari tanpa rasa eneg. Tampaknya 1 minggu ke depan gw akan banyak waktu kosong.

No comments:

Post a Comment