Jadi pilihan ke Riung itu sebenernya nggak diduga-duga sebelumnya. Dari hasil riset itinerary sebelumnya untuk mencapai Riung itu harus lewat kota Bajawa. Ternyata baru di Moni kami tahu kalo bisa langsung jalan dari Ende ke Riung tanpa harus lewat Bajawa, dan tentu jarak tempuhnya lebih pendek. Nah masalahnya angkutan dari Moni ke Riung itu katanya harus pake angkutan Moni-Ende dulu, trus pindah terminal di Ende, baru naik angkutan ke Riung yang katanya terakhir jam 10 pagi dari Ende. Sementara itu, jam 9 pagi kami masih santai-santai di teras Pak John. Alternatif kalo nggak mau pilihan itu adalah langsung ke Bajawa naik angkutan dari Moni yang katanya datang siang hari, dari situ baru naik angkutan ke utara ke arah Riung. Bingung nggak? Sama.
Buat yang belum tahu, Riung itu adalah kawasan wisata pantai yang ada di Kab. Nagakeo di sisi pantai utara Flores. Memang kawasannya sendiri masih dalam pengembangan dan jauh dari jalan utama lintas Flores sehingga turis yang ke sana juga baru dikit. Denger-denger sih pantainya masih bagus, obyek wisata yang dijual adalah taman laut yang terdiri atas 17 pulau. Hmm menarik.
Si tengah penimbangan mau naik yang mana di terasnya Pak John, tiba-tiba ada tukang ojek yang ngasih tau kalo ada angkutan yang langsung ke Mbay, ibukota Kab. Nagakeo. Dari situ bisa naik angkutan ke Riung yang katanya cuma 15-20 menit dari Mbay. Begitu gw tanya angkutannya seperti apa, eh dia udah nunjuk di depan rumah. Waduh! Dengan keadaan belum packing, belum mandi, angkutannya udah nongol depan hidung aja. Tenang aja katanya, bisa disuruh nunggu, apalagi buat turis lokal seperti kita ini yang jumlahnya 4 orang. Si supir awalnya minta 120 ribu per orang, setelah ditawar jadi 90 ribu per orang. Setelah panik-panik packing dan gw nggak sempet mandi sejak dari Jakarta akhirnya naiklah kita ke bis antar kota tersebut.
Bentukan bis itu mirip elf, cuma isinya bisa macem-macem. Yang turis cuma kami berempat dan dapet kursi nyaman di bangku belakang. Penumpang lain harus rela berdesak-desakan duduk di tengah. Supirnya beda 180 derajat sama supir travel sebelumnya: ugal-ugalan, kenceng, dan pastinya bikin mabok. Untung gw udah minum antimo 2 biji sebelum berangkat. Lagu yang disetel juga lagu yang nge-beat dengan bass speaker yang adanya di bangku belakang. Makin komplit lah penderitaan perjalanan ini. Jalanan berkelok-kelok Moni-Ende memang bikin puyeng, untung bis itu berhenti di Ende buat makan siang di restoran Padang.
Akhirnya setelah muter-muter lagi sampai juga di terminal Mbay sekitar jam 2 siang. Jangan bayangin terminalnya mirip terminal bis di Jawa. Setelah angkotnya nunggu penumpang juga akhirnya cabut ke Riung yang katanya cuma 15-20 menit itu dengan harga 15 ribu per orang. Pret! Perjalanan ke Riung butuh waktu 1 jam lebih. Sore hari barulah nyampe ke kecamatan yang bernama Riung. Setelah menimbang-nimbang, mikir-mikir bujet juga kami memilih hotel Bintang Wisata.
Nggak ada hiburan di Riung ketika sore sampai malam hari. Hotel kami pun nggak ada TV-nya. Semua hotel yang kami tinggali di Flores juga nggak ada TV-nya karena sedang dalam budget travelling. Jadi kalo malem di Riung, yang dilakukan adalah ngumpul di rumah makan Padang satu-satunya di daerah itu yang dimiliki oleh Uda Burhanis sambil ngobrol-ngobrol nggak jelas, ngomongin itinerary, dan hal-hal nggak penting lainnya. Wisata di Riung paling bagus dilakuin seharian dengan nyewa kapal seharga Rp 250 ribu sepuasnya buat keliling taman laut Riung. Uda Burhanis juga yang ngajarin biar hemat konsumsi di atas kapal, yaitu dengan beli nasi bungkusnya buat dimakan siang hari. Dasar orang Padang memang otak bisnisnya jalan.
Pagi hari, setelah beli nasi Padang, kami jalan kaki ke dermaga. Malam sebelumnya gw udah ngehubungin salah satu pemilik kapal yaitu Pak Adam. Nah buat perjalanan kami ini dinahkodain sama Mas Abri. Tujuan pertama ke Pulau Tiga. Pulau Tiga ini terkenal dengan spot surfingnya di pinggir pantai. Oke, jadi kami nyebur sepuasnya di sana. Lumayan bagus. Kami bisa nangkap ikan fugu buat dimain-mainin, ketemu sama lionfish, dan beratus-ratus starfish. Karang-karangnya masih perawan karena jarangnya turis ke sana.
Tujuan selanjutnya adalah Pulau Rutong. Pulau ini adalah pulau yang berbukit, jadi agendanya adalah trekking ke atas bukit. Rutenya sih nggak jauh-jauh amat, cuma berhubung panas terik jadinya butuh tenaga lebih. Tapi begitu sampai di atas pemandangannya Subhanallah. Jernih birunya laut Riung kelihatan dari puncak ini dengan latar belakang lanskap Pulau Flores. Setelah berpuas-puas trekking dan tentunya renang lagi di Pulau Rutong, baru kami jalan ke taman laut di dekat Pulau Bakau. Nah di taman laut inilah tempat snorkling yang paling ajib. Karena tempatnya bukan di tepi pantai, tapi di benar-benar di tengah laut dangkal, keanekaragaman ikannya sungguh bagus. Sangat direkomendasikan buat snorkling di sini.
Nah menjelang sore baru kami bertolak ke Pulau Kelelawar yang agak jauh. Sebenernya udah capek juga tapi masih penasaran sama Pulau Kelelawar. Di sini jutaan kelelawar masih tidur menggantung di dahan-dahan pohon bakau. Dengan sedikit gangguan mesin kapal sama tepukan tangan, jutaan itu kaget dibangunin dan langsung terbang nggak tentu arah cari tempat yang lebih tenang. Dengan kami cuma satu-satunya turis di sana tentunya pemandangan itu sangat eksklusif.
Dengan ini, gw simpul dan sarankan bahwa Riung termasuk tempat wisata yang nggak boleh dilewatin selama ke Flores. Terima kasih.
asiknyaa snorkeling..palagi emg pantai riung alami banget yach... bersih...
ReplyDeletewow ngebolang-nya jauh banget nih.
sygnya dulu sya gak snorkeling-an disana :-(
http://inarakhmawati.blogspot.com/2012/09/senang-riang-di-riung-taman-laut-17.html
Sayang sekali nggak snorkeling di sana, padahal nggak kalah juga dengan Komodo
Delete