Saturday, December 29, 2012

Flores: Labuanbajo

Kota persinggahan terakhir yang kami kunjungi di Flores adalah Labuanbajo, Fiuuuhh... akhirnya sampai juga di ujung barat Flores setelah sebelumnya perjalanan dari Maumere. Seneng? Nggak sama sekali, karena udah deket-deket mau pulang. Labuanbajo dulunya adalah desa nelayan yang merupakan bagian dar Kab. Manggarai. Tapi berhubung perkembangan pariwisata di Pulau Komodo, kota ini mengalami perkembangan yang signifikan dan akhirnya baru-baru ini dapat jatah pemekaran kabupaten. Perjalanan Ruteng - Labuanbajo memakan waktu 4 jam dengan jalan yang lagi-lagi kelok-kelok. Jalan yang lurus cuma bagian jalan yang ada di wilayah Lembor. Untuk mencapai Labuanbajo dari Lembor harus menembus gunung lagi.

Kota Labuanbajo sendiri nggak terlalu besar. Ada bagian kota baru yang terletak lebih tinggi, di situ terletak kantor-kantor pemerintahan dan juga Bandara Komodo. Sementara kota lama yang bekas desa nelayan ada di bagian bawah. Di situ terdapat jalan 1 arah (Jl. Soekarno-Hatta) yang dimulai dari pasar ikan Labuanbajo. Suasana Labuanbajo sendiri benar-benar beda sama kota lainnya di Flores, banyak kafe, hotel, rumah makan, agen wisata dan dive, pokoknya udah seperti kota internasional karena banyaknya bule di sini. Tapi ya jangan bayangkan Labuanbajo seperti Kuta, kota ini kalo udah malam ya nggak ada aktivitas juga.

Kami sendiri nggak banyak berkesempatan eksplorasi tempat-tempat wisata di sekitar Labuanbajo, karena fokus ke kepulauan Komodo. Jadi yang dilakukan di sini adalah makaaaaan! Maklum, udah beberapa hari nggak ngerasain makanan modern. Yang pertama kami kunjungi adalah warung kaki lima yang ada di pantai sebelah pasar ikan Komodo. Namanya gw lupa, mungkin warung Jawa atau semacam itu lah. Sebenernya nggak susah nyarinya, warung ini paling jauh dari pasar ikan, dekat dengan persimpangan dari atas. Warungnya pun kalo malam paling rame. Di sini yang harus dicoba adalah ikan kerapu bakarnya, cuma 25 ribu rupiah per ekor bokk. Satu orang bisa nyantap 1 ikan bakar + nasi hangat.

Makanan lain yang kami coba adalah rumah makan Arto Moro yang letaknya di Jl. Soekarno-Hatta. Tempat makan ini ada di lantai 2, jadi harus naik tangga dulu dari depan. Menu yang ada di sini adalah semacam pecel ayam di Jakarta, atau kalo gw makannya pecel cumi-cumi. Rasanyaaa? Yah lumayan lah, semacam bayar kekangenan makanan Jawa. Nah, untuk makanan, yang paling gw rekomendasikan adalah kafe yang bernama Tree Top. Kafe ini menyajikan pemandangan sunset yang paling bagus se-Bajo. Jadi buat yang mau hangout, ngabuburit, atau yang mau romantis-romantisan tempat ini cocok. Makanannya juga bervariasi dari western, chinese, hingga Indonesia, tapi enak-enak! Coba kunjungi page-nya di Trip Advisor pasti tanggapannya positif semua. Pelayanannya pun juga memuaskan, ada biliar di lantai bawah yang bisa dipake secara gratis, restoran di lantai 2, dan lounge untuk menginap gratis di lantai 3. Ada wi-fi gratis yang cepet pula. Sebenernya gw masih belum pantes sih untuk rekomendasi tempat makan di Labuanbajo karena gw nggak nyicipin semuanya. Ada Mediterraneo dan MadeInItaly yang nyajiin makanan Italia, Paradise Bar, Bajo Bakery, The Corner, Gelato & U yang semuanya nggak sempet gw coba. Setelah gw browsing lagi sih, La Veria yang tempatnya agak jauh dari kota bisa jadi pilihan untuk makan enak :)

Untuk hotel ada banyak pilihan di kota ini. Untuk eksekutif yang mengutamakan kenyamanan tentu bisa memilih Bintang Flores atau Jayakarta. Kalo seperti kami-kami ini yang budget traveler, tentu harus pilih-pilih, bujet mentok 200 ribu per kamar per malem. Gardena sebenernya bisa jadi pilihan karena tempatnya yang enak dan ada view yang bagus dari atas, cuma waktu ke sana kamarnya penuh. Mutiara merupakan pilihan yang reasonable: kamarnya cukup bersih, harganya murah, lumayan adem, deket sama pelabuhan, dan pengelolanya ramah, cuma waktu hari pertama ke sana kamarnya udah penuh, jadi pastiin dulu untuk booking sebelumnya. Hari pertama kami nginep di Wisata yang letaknya jauh dari pelabuhan dan kamarnya gerah abis. Kalo kepaksa sih boleh aja kalo mau nginep di sana. Satu hal yang pasti, walaupun kepaksa jangan nginep di hotel namanya Matahari. Teman kami, Yudi, yang sebelumnya ketemu di Wae Rebo udah pernah nginep di sana dan simply not recommended at any cost.

Tempat wisata yang banyak dikunjungi di sana adalah Gua Cermin dan juga air terjun Cunca Rami. Cuma sayang kami nggak berkesempatan ke sana.

Bandara Komodo sendiri melayani 3 maskapai: Trans Nusa, Merpati, dan juga Wings Air. Saran gw pakailah maskapai selain Merpati, karena gw udah punya pengalaman flight gw dimajuin seenaknya dan baru dikasih tau 1 jam sebelum berangkat saat gw masih terlelap di kamar hotel. Masih mending dimajuin dan gw lagi ada di kota yang cuma sekitar 5 menit dari bandara. Ada cerita bahkan Merpati kadang-kadang juga delay penerbangan sampai keesokan harinya. Hadeeehh.

Jangan lupa juga begitu nyampe di Labuanbajo adalah cari kapal untuk di-booking keesokan harinya buat yang mau tur Komodo, atau cari dive center yang cocok buat yang mau nyelem. Satu lagi, sebaiknya siapkan duit yang cukup secara tunai di Bali. Di sana sepertinya nggak ada pelayanan kartu kredit. Dan juga ATM pun yang ada cuma ATM BRI dan BNI. Jadi buat gw yang pake bank swasta harus hemat-hemat biaya biar bisa pulang balik ke Jakarta hehehe.






No comments:

Post a Comment